36. Mengumumkan Kehamilan Ku

62 5 0
                                    

" Aku sepertinya harus memberitahu orang tua kita tentang kehamilan mu. " ucap Lynton.

" tentu saja kau harus memberitahu mereka. Mereka pasti akan senang mendengar mereka akan mendapat anggota baru di keluarga kita. " sahut ku mengusap wajah suami ku ini dengan perlahan.

" iya. Aku ingin memberitahu mereka semua tentang kabar gembira ini. Sekaligus biar bisa membungkam perkataan orang - orang jahat dulu pada mu. Bisa - bisanya menyebut mu tak bisa punya anak dan gilanya meminta ku untuk menikah dengan anaknya yang hamil di luar nikah. " Ujar Lynton lagi dengan kesal dan menghembuskan nafas kasar.

Dirinya masih mendendam dan mengingat jelas bagaimana keluarga papa menghina ku dan menyebut ku mandul karena belum hamil walau sudah beberapa bulan menikah dengan Lynton. Bahkan tante Faria dan om Galih dengan tebal muka meminta Lynton untuk menikah dengan anak semata wayangnya yang saat itu hamil entah dengan siapa. Dan menyebut anak mereka jauh lebih baik dari ku yang saat itu belum hamil juga.

" kesel banget. Masih marah kamu Lyn? " tanya ku sembari tetap mengusap wajahnya.

" tentu saja. Sampai kapan pun aku akan mengingat bagaimana mereka semua menghina mu. Dan aku tak suka. " ujar Lynton yang membuat ku terkekeh.

" biarkan saja mereka. Toh aku sudah bahagia dengan mu. Jadi, sepertinya tak usah di ingat - ingat lagi ucapan jahat dari mereka. " ujar ku mencoba untuk menenangkan suami ku ini.

Dan sekali lagi, Lynton pun menghela nafas panjang sambil mencoba menurunkan emosinya yang kembali naik saat mengingat aku di sakiti oleh keluarga papa.

Dengan lembut namun pasti, Lynton mulai menarik tubuh ku ke dalam pelukannya sembari kami berdua berbaring di ranjang. Dan aku yang tidak keberatan dengan ulahnya ini pun dengan senang hati mengikuti keinginannya untuk aku berbaring berbantalkan tubuhnya.

" Mau sekarang atau besok saja memberitahu mereka semua? " tanya ku memeluk tubuhnya dari samping.

" Sekarang saja tak apa sepertinya. Aku yakin mereka semua akan senang jika kita mengabari mereka semua mengenai kehamilan mu. " ucap Lynton sekali lagi.

" ya sudah. Aku ikut kamu saja. " ujar ku mengangguk. Mengiyakan apa yang menjadi keinginan Lynton ini.

" ya sudah, aku mengabari mereka semua ya. Aku yakin sekali mereka akan menyukainya. Aku akan chat di grup keluarga saja biar mereka semua langsung tahu. " kekeh Lynton yang juga membuat ku tertawa.

Dan tak perlu waktu yang lama untuk Lynton memberitahu orang tuanya begitu pun orang tua ku. Termasuk ayah dan bunda. Tak terkecuali Andrew, Alfin dan Emily. Membuat handphone ku juga handphone Lynton langsung berbunyi nyaring karena mereka semua bergantian menelepon.

Hal ini lah yang akhirnya membuat aku dan juga Lynton memilih untuk melakukan video call dengan mereka semua agar mereka semua bisa mendapat kejelasan dari ku dan Lynton secara bersamaan tanpa terkecuali.

*****

" El? Serius? kamu hamil? Pregnant?  " Tanya Andrew langsung tanpa basa - basi yang pertama kali bersuara saat sambungan video call kami sudah tersambung.

" Iya, serius kak El? Hamil beneran? " Tanya Alfin yang berucap dari samping Andrew. Ikut bertanya pada ku.

" iya lah. Masa gak beneran. " sahut ku tertawa seraya menyamankan posisi ku saat ini yang masih berbaring di ranjang bersama Lynton dengan Lynton yang masih memeluk tubuh ku lembut.

" kok tadi gak bilang nak pas ke rumah. Tahu gitu kan bunda masakain kamu yang enak - enak. Terus bunda pasti bakal minta Andrew atau Alfin yang nganter kamu pulang. Gak bakal bunda izinin kamu pulang sendiri. " ucap bunda menyesal karena baru mengetahui kehamilan ku saat aku sudah pulang dari rumah beliau.

" iya. Gak bakal ayah izinin kamu pulang sendiri kalau ayah tahu tadi. " tambah ayah ikut menyesal bersama bunda.

" he, iya bunda, ayah. Gak papa kok. Lagian kan El baik - baik aja. El memang sengaja mau Lynton yang pertama kali tahu kalau El hamil. Makanya El diem - diem aja gak mau kasih tahu siapa - siapa dulu. Dan setelah Lynton tahu, makanya kami kasih tahu kalian semua kalau aku hamil. " Jelas ku tersenyum dan membuat mereka semua geleng - geleng kepala.

" berapa minggu udah nak? " Tanya mom Fida pada ku seraya menatap ku dengan tatapan penuh rasa sayang bersama dad dan Emily.

" kata dokter udah masuk empat atau lima minggu mom. " jawab ku mengingat - ingat.

" sebulan lebih ya? " tanya Emily dan membuat ku mengangguk. Mengiyakan pertanyaan perempuan cantik yang notabene adalah adik ipar ku ini.

" Sehat kan nak kamu sama calon buah hati kalian? " tanya mama yang melakukan videocall bersama papa.

" sehat kok mah. Aku sempet tanya - tanya juga sama dokter nya dan dapet buku kehamilan juga. " jawab ku dengan hati yang menghangat karena begitu ku rasakan banyak yang menyayangi ku dan mengkhawatirkan ku.

" sepertinya aku tak kasat mata ya di sini. " kelakar Lynton karena semua yang melakukan videocall dengan kami berdua hanya menanyakan kabar dan kondisi ku. Sedangkan dirinya sama sekali tak di tanya. Bahkan tak di sapa oleh mereka semua.

 " sorry. kamu kan tak hamil, Jadi tak usah lah ya kami tanya kabar mu. " ujar Andrew menjahili sahabatnya ini.

" kan yang hamil kak EL. Bukan kak Lynton.  "

" Kakak kan udah sering aku lihat selama hidup ku. Jadi aku lebih memilih nanyain kak El. Apalagi kak El mau kasih aku ponakan. Bukan kamu. "

Dan ucapan Andrew ini langsung di ikuti oleh Alfin dan Emily yang ikut menjahili Lynton. Mereka bertiga benar - benar satu paket dalam hal menjahili Lynton. Dan ulah mereka ini berhasil membuat ku tertawa seraya melirik ke arah suami ku ini.

" sabar ya sayang. " ujar ku pelan seraya mengusap pipi Lynton perlahan dan membuat Lynton menghela nafas lelah karena ulah ke tiga orang di videocall di hadapan kami berdua ini.

" untung saja mereka ipar dan adik ku. Coba saja kalau tidak. Seharusnya aku tak terlalu berharap lebih dengan mereka. " ujar Lynton datar dan membuat kami tertawa bersama.

Kami semua pun cukup lama saling bertukar kabar juga bertukar cerita. Cukup banyak cerita yang kami bagikan secara bergantian. Baik dari aku dan Lynton, atau pun dari keluarga bunda, Mama atau pun mom Fida. Dan untungnya kami begitu akrab tanpa ada dinding atau jarak yang menghalangi.

Apalagi, Mom, bunda dan mama saling memberikan saran juga memberitahu ku mengenai semua hal yang berhubungan dengan kehamilan. Membuat ku merasa amat sangat bersyukur karena mendapat keluarga yang begitu mensupport ku dan menyayangi ku sampai seperti ini.

*****

" aku benar - benar bersyukur Lyn. " ujar ku tak kala videocall yang menyambungkan kami berdua pada semuanya sudah mati. Meninggalkan aku dan Lynton kini hanya berdua di kamar kami.

" Kenapa darl? " tanya Lynton memandang ku dengan seksama.

" aku begitu mendapat kasih sayang yang berlimpah dari mereka semua. Bahkan mereka semua juga memberi ilmu yang sama sekali tak ku ketahui. Aku benar - benar merasa beruntung. " jawab ku yang langsung mendapat kekehan dari Lynton.

" senang? " tanya dirinya memandang ku.

" senang. Tentu saja senang. " sahut ku mengangguk seraya tersenyum lebar.

Bagaimana mungkin aku tidak senang dengan semua perhatian dan keajaiban yang ku dapat sampai saat ini. Mengenal dirinya dan menikah dengannya membuat ku banyak mendapat keberuntungan.

" syukurlah kalau kamu senang. Semoga kamu dan kehamilan mu sehat ya El. Aku memang tak bisa membantu mu untuk menghilangkan rasa tak nyaman yang kamu rasakan saat kehamilan mu ini. Tapi aku akan berusaha untuk meringankan semuanya. Aku akan membantu mu sebisa ku El. " Janji Lynton seraya mengusap perut ku yang masih rata dan membuat ku lagi - lagi mengangguk. Aku percaya pada dirinya dan ku harap Lynton benar - benar menepati ucapannya ini.

*****

LOVE YOU, MY HUSBAND  (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang