21. Mencoba Berdamai

70 8 0
                                    

" Lyn? " gumam ku begitu aku berencana keluar dari kamar dan membuka pintu kamar. Aku justru menemukan dirinya yang berada di depan pintu kamar ku.

" hey beautiful girl. How do you feel now? " ujar Lynton tersenyum memandang ke arah ku.

" hm. I'm fine. " jawab ku membalas senyumannya dan membuat Lynton mengangkat tangannya seraya menyampirkan beberapa helai rambut yang sedikit menutupi wajah ku dengan jemarinya.

" better? "

" iya. Lebih baik dari kemarin setidaknya. " sahut ku mengangguk pelan.

" syukurlah. Aku baru saja hendak mengetuk pintu kamar mu dan membangunkan mu. Tapi kamu justru yang mengagetkan ku dengan membuka pintu terlebih dahulu. " ujar Lynton terkekeh.

" aku baru bangun dan mandi. Dan tiba - tiba aku ingat jika kamu ada di sini. Makanya aku bergegas keluar kamar. " jawab ku.

" Lyn? Kemarin kamu tidur di mana? " tanya ku lagi pada dirinya.

" tidur di sofa. Aku belum meminta izin mu untuk tidur di kamar tamu. Dan aku juga tidak mungkin juga kan tidur bersama dengan mu di kamar mu tanpa minta izin dari mu, cantik. " jawab Lynton seraya mengedipkan sebelah mata nya pada ku.

" kenapa tidak di kamar tamu saja. Kau malah tidur di sofa. Pasti tidak nyaman. " ujar ku merasa bersalah.

" aku kan belum meminta izin pada mu untuk masuk ke dalam bagian privasi mu. Lagipula aku sengaja tidur di sofa. Agar jika kamu perlu sesuatu atau memanggil ku, aku bisa mendengar dan mendatangi mu. " jelas Lynton pada ku dan membuat ku terdiam.

" why El? Apa aku salah bicara? " tanya Lynton sekali lagi karena melihat aku yang langsung terdiam saat dirinya selesai berkata seperti itu.

" tidak. Aku senang Lyn. Melihat mu memperlakukan ku seperti ini, aku bahagia. Di tambah lagi, kamu memperlakukan ku dengan begitu lembut. " ujar ku.

Aku mulai melangkah semakin mendekat pada nya dan mulai memeluk tubuhnya perlahan. Lynton yang tak menolak pelukan ku ini pun turut membalas pelukan ku sembari mengelus punggung ku lembut.

" tentu saja. Kamu wanita ku sekarang. Dan aku ingin serius pada mu. Jadi, tidak mungkin aku memperlakukan mu tidak baik, bukan? Dan sekarang, aku memaksa mu untuk sarapan. Kamu akan sakit jika semakin lama menunda makan. Kemarin saja kamu tertidur tanpa makan sejak siang kan. " ucap Lynton menghela pelukan kami berdua, namun dengan ke dua tangannya yang masih berada di pinggul ku.

" aku benar - benar tak nafsu makan kemarin Lyn. " beritahu ku pada dirinya sembari memandang wajahnya yang kini hanya berjarak beberapa centimeter dari wajah ku.

" dan sekarang. Kamu harus sarapan. Aku akan masak untuk mu. So, kamu bisa meminta ku untuk masak apa pun yang kamu inginkan. " ucap Lynton yang sebenarnya membuat ku tergoda. Tapi aku saat ini memang sedang tak bisa memikirkan apa pun.

" aku sedang tak ingin memikirkan apa pun Lyn. Aku akan menyerahkan pada mu saja. Apa pun yang kamu masak, aku akan memakannya. " sahut ku tersenyum tipis.

Dan rupanya, Lynton mengerti dengan keinginan ku ini sehingga dirinya mengangguk dan menyetujui apa ingin ku ini.

" aku masak bubur saja ya? Perut mu akan sakit jika langsung makan berat. Apalagi memang sudah kosong sejak kemarin kan. " usulnya dan membuat ku mengangguk.

Apalagi, aku tahu jika skill memasak Lynton jauh di atas ku. Sehingga tak akan mungkin masakan buatannya tak ku sukai.

" baiklah. " ucap ku menyetujui.

*****

" how? You like that? " Tanya Lynton sembari dirinya memandang ke arah ku yang tampak menikmati sarapan buatannya.

LOVE YOU, MY HUSBAND  (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang