[Year 2] Chapter 6. Yang Lebih Kuat dari Benci dan Rasa Takut

2.3K 426 96
                                    

Pagi saat pertandingan Quidditch antara Gryffindor dan Hufflepuff terasa begitu kabur bagi Draco. Dia terbangun dengan pikiran yang begitu waspada. Dia bisa mengingat saat dirinya pergi sarapan, namun dia sama sekali tidak ingat kenapa dia tiba-tiba bisa berada di Lapangan Quidditch.

Tiba-tiba saja, Draco menemukan dirinya sendiri berada di Area Lapangan Quidditch. Perasaannya begitu aneh dan bingung, sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Dia sedang berada di jalan setapak, berjalan hendak keluar dari Lapangan. Draco bisa mendengarkan suara-suara dari bangku penonton, namun belum ada satu pemain pun yang terbang. Draco mengernyitkan dahinya, mencoba mengingat kenapa dia bisa di sini sendirian dan kenapa dia tidak pergi ke sini bersama dengan Hermione atau Weasley. Kemudian, dia tiba-tiba melihat tiga orang yang tergopoh-gopoh memasuki lapangan, menuju ke arahnya. 

Butuh waktu beberapa detik sampai Draco menyadari siapa ketiga sosok itu. Profesor McGonagall tengah memimpin, tampak begitu tegang dan panik. Di belakangnya, dua murid Gryffindor mengikuti, satu dengan seragam sekolah normal dan yang satunya lagi memakai seragam Quidditch. Draco mematung, memandang Harry dan Weasley heran. Di belakang mereka, terlihat siswa-siswa lain yang mulai berjalan keluar Lapangan untuk masuk menuju kastil, namun Draco mengabaikannya.

"Mr Malfoy!" suara Professor McGonagall terdengar dan memecah lamunannya, membuat Draco mengangkat wajahnya untuk melihat raut wajah Profesor McGonagall yang berusaha terlihat tenang. "Baguslah kalau kamu ada di sini, kamu sebaiknya ikut juga."

"Ikut kemana?" tanya Draco kebingungan, namun Profesor McGonagall cuma menggelengkan kepalanya dan menyuruh mereka semua untuk bergegas. Harry bertemu mata dengannya, raut wajahnya juga menyiratkan keheranan dan sedikit ketakutan. Tanpa kata, Draco cepat-cepat mengikuti Profesor McGonagall.

"Ada apa?" bisiknya pada Harry. "Pertandingannya dibatalkan ya?"

"Iya," jawab Harry, menatap punggung Profesor McGonagall dengan khawatir, seolah jawaban dari semua kejadian aneh ini ada di sana.

"Kamu tadi dimana?!" cerca Weasley saat Harry tidak berkata apa-apa lagi. "Hermione tiba-tiba lari ke perpustakaan, dan kamu juga tidak ada dimana-mana... Kalian berdua ini sedang merencanakan apa sih?!"

"Aku..." Draco membuka mulutnya, namun berhenti untuk mengernyitkan dahi. Dia berusaha untuk mengingat, namun dia benar-benar tidak bisa mengingat apapun. Kepanikan segera menyambanginya. Terakhir kalinya dia tidak bisa mengingat apapun, ternyata dia menyerang Finch-Fletchley dan Nick si Kepala Nyaris Putus.

Draco tidak perlu memikirkan soal jawabannya, karena setelah mereka memasuki kastil, mereka segera menuju ke Ruang Kesehatan.

"Mungkin ini akan sedikit mengejutkan," kata Profesor McGonagall, suaranya begitu lembut, membuat darah Draco di pembuluhnya serasa membeku. "Ada serangan lain... serangan ganda lagi."

Draco tidak bisa bernapas saat Profesor McGonagall membuka pintunya, menampilkan Madam Pomfrey yang sedang merawat dua sosok yang membeku di dua buah ranjang yang berdekatan: salah satunya adalah siswi Ravenclaw yang lebih tua dari mereka, dengan rambut keriting panjang, Draco tidak begitu mengenalnya. Dan yang lainnya adalah tubuh milik Hermione.

Draco tahu Profesor McGonagall sedang berbicara, namun Draco sama sekali tidak dapat mendengarkan apapun. Yang terdengar di telinganya hanyalah suara berdenging kencang.

.

Profesor Snape mengunjungi Ruang Rekreasi Slytherin malam itu untuk mengumumkan peraturan yang baru saja diberlakukan setelah serangan terhadap Hermione dan siswi lainnya--yang ternyata bernama Penelope Clearwater. Peraturan barunya adalah soal jam malam baru untuk para siswa. Jam malam kini dimajukan menjadi jam enam sore dan para siswa tidak boleh meninggalkan Asrama setelah jam malam tersebut. 

Do It All Over Again (INA Trans)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang