Di antara kejadian Buku Pangeran Berdarah Campuran, Harry yang menggunakannya di kelas, sikap Harry yang bisa kadang-kadang jadi aneh padanya dan tugas sekolah mereka yang menumpuk, butuh waktu yang tidak sebentar bagi Draco untuk sadar bahwa Hagrid sengaja menjauh dari mereka. Draco baru sadar saat mereka berpapasan dengan Hagrid di lorong, karena alih-alih membalas sapaan mereka, Hagrid malah pura-pura tidak mendengar dan meneruskan berjalan ke luar. Dari situ, Draco jadi ingat bahwa memang mereka sama sekali tidak berbicara dengan Hagrid dari awal semester dimulai.
Ketika Draco mengangkat topik ini pada teman-temannya, raut ketiganya langsung merasa bersalah, seakan mereka bertiga sudah menyadari soal masalah ini dari lama.
"Apa nih?" tanya Draco tajam. "Apa yang aku lewatkan?"
"Well," Hermione berujar dengan berat. "Kamu pasti sadar kan, tidak ada dari kita yang ambil pelajaran Pemeliharaan Satwa Gaib tingkat NEWT?"
Mata Draco melebar, jalannya sedikit terhenti. Draco bahkan tidak sadar akan kenyataan itu. Bukannya Draco tidak suka pelajaran itu, cuma ada pelajaran lain yang menurut Draco lebih penting yang sesuai dengan minatnya setelah lulus, dan pelajaran Hagrid sama sekali tidak termasuk di dalamnya.
"Nanti dia juga bakal menyapa kita lagi kok," Weasley mengedikkan bahu, menyadarkan Draco. "Dia tidak mungkin marah pada kita selamanya kan?"
Draco menatap Harry yang kini sedang terdiam, merasa serba salah seperti Draco.
Topik itu pada akhirnya tidak pernah dibahas lagi sampai akhir pekan tiba, saat Hagrid bahkan tidak terlihat di meja staf ketika sarapan.
"Kita harus menjelaskan pada Hagrid soal ini," Hermione bersikeras, berujar pada Draco karena merasa Draco akan sependapat dengannya.
"Aku dan Harry ada uji coba Quidditch pagi ini!" protes Weasley. "Dan kita kan masih harus latihan mantra Aguamenti untuk Profesor Flitwick! Lagipula, memangnya apa yang harus dijelaskan, Hermione? Bagaimana menjelaskan pada Hagrid kalau tidak ada dari kita yang suka pelajarannya?"
"Kita bukannya tidak suka!" protes Hermione.
"Itu sih kamu. Aku masih belum lupa soal tragedi Skrewt," gerutu Weasley kesal.
"Aku setuju kita tidak bisa berdiam diri," potong Draco, mengabaikan gerutuan Weasley. "Hermione, jadwal kita sangat penuh, Hagrid tidak mungkin benar-benar mengharapkan kita berdua mengambil pelajarannya. Dia pasti hanya kecewa, dan kalau kita jelaskan baik-baik padanya, dia pasti bisa mengerti. Kalau Harry, dia kan sedang banyak pikiran, belum lagi pelajaran privat-nya dengan Dumbledore, plus jadi kapten Quidditch, jadi dia juga ada alasan. Kalau Weasley sih tidak ada alasan, cuma kalau kita pura-pura bodoh, paling Hagrid tidak sadar kalau Weasley cuma malas."
Weasley memandangnya tajam, namun Draco menolak untuk memandangnya balik.
"Kita akan menemui Hagrid setelah Quidditch," Harry setuju. "Tapi uji cobanya mungkin makan waktu sepanjang pagi dan siang, melihat banyak sekali orang yang mendaftar." Harry terlihat sedikit pucat begitu memikirkannya. "Aku juga heran, kok tiba-tiba Tim Quidditch jadi populer begini, ya?"
"Oh, ayolah, Harry," Hermione memutar matanya, nadanya tak sabar. "Bukan Quidditch-nya yang populer, tapi kamu." mendengarnya mata Harry langsung melebar, membuat Draco sedikit geli karena Harry begitu tidak peka.
Draco sadar soal Harry yang tiba-tiba punya banyak sekali penggemar. Mana bisa tidak sadar kalau banyak sekali gadis-gadis yang menatapnya sambil tersenyum dan pipi merona, berharap diperhatikan oleh Harry? Kalau bukan karena Harry yang jelas-jelas tidak terlihat tertarik, mungkin Draco akan cemburu karenanya. Sekarang malah Draco merasa geli, begitu mengetahui kenyataan kalau ternyata Harry tidak tahu bahwa dirinya banyak yang naksir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do It All Over Again (INA Trans)
FanfictionYang Draco inginkan adalah sebuah jalan keluar. Jalan untuk mengulangi semuanya dari awal, dan untuk menghapus semua kesalahan yang pernah dia lakukan selama belasan tahun terakhir. Di umurnya yang ke sebelas, Draco menerima surat dari masa depan ya...