Tidak butuh waktu lama sampai akhirnya ada pengunjung baru lagi setelah Remus pergi, kali ini Kreacher membawa Mundungus Fletcher. Walaupun mereka sudah menunggu-nunggu kedatangan peri rumah itu sejak lama, kedatangannya tetap membuat Draco terkejut. Dirinya sampai menjatuhkan secangkir teh yang ia bawa hingga lantainya menjadi basah.
Hermione dengan sigap langsung melucuti tongkat Fletcher, membuat Draco tersadar dari keterkejutannya dan segera mengikatnya. Harry setelahnya langsung menginterogasi Fletcher, membuat Draco lega karena Harry kembali fokus. Dia bertanya dengan keras sambil mengancam pencuri itu dengan kata-kata tajam. Baru kali itu Draco melihat kebengisan dari wajah pacarnya, dan hal itu membuatnya sedikit takut.
"Waktu itu kamu merampok barang-barang berharga yang ada di rumah ini," ujar Harry dengan mata memicing ke arah Fletcher.
"Sirius mana pernah peduli soal sampah-sampah—" Fletcher memotong perkataan Harry, kesalahan besar karena Kreacher langsung memukul-mukul kepalanya dengan botol saus. Draco hampir saja ingin tertawa.
"Kreacher, tolong berhenti dulu," perintah Harry.
Kreacher langsung mematung sambil melihat Harry penuh harap. "Boleh sekali lagi memukulnya, Master Harry? Sekali saja, biar genap."
Weasley tidak kuat menahan tawa. Bahkan Draco sudah tersenyum.
"Takutnya dia pingsan duluan, Kreacher, tapi nanti kalau masih tidak mau bicara juga, boleh kamu pukul-pukul lagi," jawab Harry, membuat Kreacher perlahan menurunkan botol sausnya. "Jadi, waktu kamu merampok barang-barang berharga di sini," lanjut Harry lagi sambil menatap Fletcher tajam, "Kamu mengambil banyak barang dari lemari. Ada sebuah liontin di sana. Sekarang kemana barang itu?"
Semua mata tertuju pada Fletcher, ketegangan terasa jelas.
"Kenapa memangnya?" tanya Fletcher. "Memangnya seberharga itu liontinnya?"
"Jadi masih kamu bawa?!" seru Hermione.
"Tidak," Weasley menyadari. "Justru dia memikirkan kalau harusnya dia menjualnya dengan harga lebih tinggi."
"Lebih tinggi?" Fletcher mendengus. "Mana bisa... aku saja dipaksa untuk memberikannya cuma-cuma. Aku tidak punya pilihan sama sekali."
Dan itulah yang membuat mereka tahu bahwa yang kini membawa liontinnya adalah Dolores Umbridge, yang sempat melakukan razia di Diagon Alley waktu itu dan tertarik dengan liontinnya.
Draco menghela napas. Padahal tantangan mereka sudah cukup berat, sekarang malah ketambahan Dolores Umbridge.
"Kalian tahu apa artinya ini, kan?" tanya Harry segera setelah mereka membebaskan Mundungus yang sebelumnya sudah mereka hapus ingatannya. "Kita harus menyusup ke Kementerian dan mengambil liontinnya."
"Sudah gila ya?!" bentak Draco.
"Harry benar, Draco," Hermione menjawab sambil menghela napas.
"Kalian tidak dengar apa kata Remus sebelum ini?" teriak Draco. "Harry kan buronan Kementerian! Mana bisa kita masuk kesana lalu—"
"Memangnya ada ide lain?" potong Harry, menaikkan alisnya. "Otakmu kan brilian tuh, coba berikan ide lain." nada Harry sarkas.
"Ya misalnya kita ke rumahnya si Umbridge, itu kan bisa," jawab Draco, mencelos karena mendengar nada sarkas dari kalimat Harry barusan.
"Memangnya kamu tahu rumahnya dimana?" debat Harry.
"Ya mana aku tahu!" Draco mulai berteriak sekarang. "Tapi kan kita bisa mengikutinya waktu dia pulang kerja."
"Dia pasti pulang lewat floo-nya Kementerian, Malfoy," Weasley menggelengkan kepalanya. "Kita tidak bisa mengikutinya kalau tidak menyusup ke dalam gedung. Bahkan kalau sudah dapat alamat rumahnya pun, akan sangat berisiko."
KAMU SEDANG MEMBACA
Do It All Over Again (INA Trans)
FanfictionYang Draco inginkan adalah sebuah jalan keluar. Jalan untuk mengulangi semuanya dari awal, dan untuk menghapus semua kesalahan yang pernah dia lakukan selama belasan tahun terakhir. Di umurnya yang ke sebelas, Draco menerima surat dari masa depan ya...