Harry melanjutkan pelajarannya bersama dengan Profesor Dumbledore hari Senin setelah kemenangannya melawan Hufflepuff. Saat itu dia akhirnya berkesempatan untuk memberikan memori Slughorn setelah Profesor Dumbledore absen selama beberapa minggu sebelumnya. Harry memberitahu Draco soal informasi baru yang berhasil dia dapatkan keesokan harinya, setelah Harry menyeretnya dari meja sarapan untuk berjalan-jalan di tepi danau. Cuaca sedang cerah, mereka berdua duduk bersisian menempel satu sama lain sembari Harry bercerita apa yang ditanyakan oleh Voldemort muda pada Slughorn di dalam memorinya.
"Jadi, ada tujuh Horcrux?" tanya Draco, merasa begitu mual.
"Begitulah perkiraan Profesor Dumbledore," Harry mengangguk, sambil mengelus punggung Draco untuk menenangkannya. "Profesor Dumbledore sudah berhasil menghancurkan cincinnya, dan aku berhasil menghancurkan satu Horcrux saat kita kelas dua. Buku hariannya."
"Buku harian?" ulang Draco, makin mual. "Astaga. Jadi aku dirasuki oleh Horcrux waktu itu?"
"Well... iya," Harry menjawab sambil mengernyit. "Tapi memang apa bedanya?"
"Lebih ngeri, Harry," Draco mengerang, lalu menutup matanya. "Lebih baik aku dirasuki oleh kenangan daripada benar-benar dirasuki oleh serpihan jiwanya."
"Menurutku sih tidak ada bedanya," ujar Harry sambil mengecup pipi Draco. "Kamu kan tetap kamu, dan sekarang dia sudah pergi dari tubuhmu."
Draco menghela napas lalu mengangguk. "Kamu benar." timpalnya. "Sia-sia kalau panik sekarang." Ada jeda beberapa detik setelahnya, yang hanya digunakan mereka untuk bersandar pada satu sama lain, dahi Harry menempel pada pelipis Draco, sebelum Draco bertanya lagi. "Jadi, apa kamu punya petunjuk apa saja Horcrux yang lainnya?"
"Punya," jawab Harry. "Profesor Dumbledore menunjukkan memori yang lain. Memori saat Voldemort kerja di Borgin & Burkes setelah lulus dari Hogwarts, dan dia menggunakan pekerjaannya itu untuk mencari-cari barang berharga yang dapat dia gunakan sebagai Horcrux. Seorang penyihir wanita tua bernama Hepzibah Smith menunjukkannya sebuah liontin yang pernah dimiliki oleh Salazar Slytherin dan sebuah piala yang pernah dimiliki oleh Helga Hufflepuff. Sebagai keturunan Slytherin, ternyata Ibu Voldemort pernah memiliknya juga, lalu menjualnya saat suaminya meninggalkannya. Voldemort muda lalu mencuri kedua benda berharga itu dan membunuh Hepzibah Smith lantas memfitnah peri rumahnya. Setelah itu, dia mengundurkan diri dari pekerjaan itu. Profesor Dumbledore menyangka kedua benda itu dia jadikan Horcrux."
"Oke," Draco mengernyit. "Kalau liontinnya aku masih paham, karena dia memang keturunan Slytherin. Tapi kenapa pialanya juga?"
"Karena Voldemort lebih merasa terhubung dengan Hogwarts daripada tempat yang lainnya," Harry menjelaskannya, dengan ekspresi serius namun sedikit muram. "Satu-satunya tempat dimana dia bisa merasa seperti rumah. Jadi Profesor Dumbledore menduga bahwa dia mencoba mengumpulkan barang warisan para pendiri Hogwarts. Tapi sampai hari ini, satu-satunya benda warisan dari Gryffindor adalah pedang, dan kita sudah tahu kalau pedangnya bukan Horcrux. Jadi, Piala Hufflepuff kemungkinan besar memang Horcrux, dan mungkin satu warisan dari Ravenclaw, kalau dia berhasil menemukan sesuatu."
"Begitu," Draco mengangguk. "Jadi, ada liontin, piala, cincin, buku harian, sesuatu dari Ravenclaw... baru ada lima..."
"Profesor Dumbledore juga menebak bahwa ularnya, Nagini, mungkin adalah Horcrux keenam," Harry menambahkan. "Dan bagian ketujuh adalah yang ada di tubuhnya sendiri."
"Oh," Draco menelan ludah. "Jadi, dua Horcrux sudah berhasil dihancurkan, tersisa tiga benda untuk dicari dan dihancurkan, satu ular untuk dibunuh, baru setelah itu kita bisa menyerang Voldemort?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Do It All Over Again (INA Trans)
Fiksi PenggemarYang Draco inginkan adalah sebuah jalan keluar. Jalan untuk mengulangi semuanya dari awal, dan untuk menghapus semua kesalahan yang pernah dia lakukan selama belasan tahun terakhir. Di umurnya yang ke sebelas, Draco menerima surat dari masa depan ya...