[Year 6] Chapter 14. Keberuntungan yang Habis

1.2K 151 14
                                    

Harry tidak berhenti berlari untuk membiarkan Draco menyusulnya, ketika itulah Draco baru sadar bahwa Harry tengah mengejar seseorang—jauh di ujung lorong, Draco dapat melihat sesosok pria tinggi dengan rambut sebahu memakai jubah yang berkibar, di sampingnya ada sosok yang lebih pendek berseragam.

Snape dan Nott.

Draco menyadari pertarungan yang awalnya sengit di sekelilingnya kini berangsur berhenti. Para Pelahap Maut kini mulai mundur, bergabung dengan Snape. Hal ini membuat Draco panik. Apa Nott berhasil menjalankan misinya? Apa yang sebenarnya Nott harus lakukan? Dan di mana Dumbledore? Kapan Harry kembali?

Harry mengejar para Pelahap Maut yang mundur ke bawah tangga dan Draco berderap mengikutinya dengan debar yang tak bisa dihentikan. Pada anak tangga terakhir di pintu utama, Draco mendengar beberapa ledakan, kaca yang pecah dan batu-batu yang bertabrakan. Saat Draco tiba di tempat kejadian, dia menyadari dua Pelahap Maut—Carrow bersaudara, kalau Draco tidak salah ingat—tengah menghancurkan jam pasir raksasa yang menunjukkan poin asrama tanpa sisa. Batu-batu berwarna di dalamnya porak-poranda di lantai, bersama dengan pecahan kacanya. Semua ledakan itu nyaris saja mengenai Harry.

Ketika mereka menyadari keberadaan Draco, mereka langsung menyeringai pada satu sama lain. Barulah Draco sadar, walaupun mereka diperintahkan untuk tidak melukai Harry Potter, mereka sama sekali tidak diperintahkan untuk tidak melukai Draco Malfoy.

"Wah, lihat siapa yang datang untuk bermain," salah satu dari mereka mencibir sambil memutar-mutar tongkatnya.

Draco tidak punya waktu untuk ini. Dia melemparkan mantra ke tanah tepat di depan mereka hingga pecahan kaca terlempar ke wajah mereka. Keduanya berteriak sambil menutupi wajah masing-masing, hal itu memberi Draco waktu untuk melewati mereka dan keluar.

Ketika dirinya sudah berada di luar, dia segera menyapukan pandangan ke sekeliling, lalu terkesiap saat melihat apa yang terjadi. Pondok Hagrid terbakar, dengan asap mengepul ke atas lalu hilang di kegelapan malam. Tidak jauh dari situ, Harry tengah terkapar di tanah dengan tongkat sihir yang terlempar. Snape tengah mengacungkan tongkat sihir miliknya ke arah Harry. Draco langsung tahu bahwa semuanya sedang tidak baik-baik saja.

Draco tidak butuh berpikir. Ramuan Felix felicis yang masih ada dalam tubuhnya menyuruhnya untuk berlari. Dalam sebuah momentum, dia melemparkan mantra pembuat pingsan ke arah Snape. Namun kepala asramanya itu pasti sudah melihatnya karena berhasil menghindarinya dengan mudah dan melempar mantra pelucut senjata hingga membuat tongkat sihir Draco terlempar. Meski begitu, Draco tidak berhenti berlari, dan tanpa dia sadari, sedetik berikutnya dirinya melempar dirinya sendiri di antara Harry dan Snape.

"Kalau kamu mau membunuhnya, kamu harus bunuh aku dulu," ujar Draco sengit, menantang Snape sambil mencengkeram lengan Harry.

Harry mencoba bangkit, seperti akan protes, namun Draco menyikut tulang rusuknya keras.

Apa yang baru saja Draco lakukan sepertinya membuat Snape tersadar akan sesuatu. Dia menatap Draco begitu lama, kemudian melangkah mundur serta menarik tongkat sihirnya. Dia lalu menggelengkan kepalanya, seperti ingin mengenyahkan suatu memori. Kemudian dia berbalik dan berderap pergi dari sana.

Draco yang masih syok atas apa yang dia lakukan kini merobohkan dirinya di samping Harry, sambil terengah. Baru ketika beberapa detik berlalu, Harry berbisik dengan keras. "Draco, apa-apaan?!"

"Well," Draco berujar, menghadap ke arahnya. "Aku tidak akan membiarkannya membunuhmu."

"Jadi solusimu adalah membiarkannya membunuhmu?!" kejar Harry, mata hijaunya berkilat marah.

"Aku tidak sempat berpikir oke? Aku panik!"

"Tentu saja kamu tidak berpikir!" teriak Harry, sudah bangkit bersama dengan amarahnya. "Jangan berani-beraninya begitu lagi! Aku tidak butuh lebih banyak orang lagi yang berkorban demi aku! Dengar?!"

Do It All Over Again (INA Trans)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang