Moon's Note: sori lupa bilang di chapter kemarin, tapi khusus chapter ini, ada sedikit adegan yang agak rated mature? Setelah Draco dan Harry belajar Occlumency di Kamar Kebutuhan. Nggak detail, tapi bagi kalian yang nggak nyaman atau minor, bisa di-skip ya.
.
“Maaf aku terlambat,” Harry terengah saat dirinya masuk ke dalam ruangan lima belas menit dari waktu yang dijanjikan, lalu melemparkan dirinya sendiri ke sofa yang disiapkan oleh Ruangannya atas keinginan Draco. “Setelah keluar Aula, Angelina tiba-tiba mengajakku ngobrol soal pertandingan Hari Sabtu, jadinya aku tidak bisa kabur. Serius deh, sampai aku berharap Oliver Wood kembali ke sekolah saja, soalnya makin lama Angelina makin membuatku kesal.”
“Memangnya dia menyuruhmu apa? Mendorongku sampai jatuh dari sapu terbang?” tanya Draco tersenyum.
“Bukan itu tapi yang lain,” Harry memutar matanya. “Lupakan saja. Kita kan tidak di sini buat bicara soal Quidditch.”
“Memang,” Draco setuju, lalu menyandarkan punggungnya dengan nyaman di sofa.
Untuk kali ini, Draco menyiapkan sebuah ruangan yang benar-benar jauh berbeda dengan ruang kelas—dan jadilah sebuah ruang duduk nyaman dengan sofa empuk, perapian hangat dan meja kecil di tengah dengan beberapa alat tulis di atasnya kali saja mereka membutuhkan. Lantainya tertutup sempurna oleh karpet sampai Draco ingin pindah dari Slytherin ke tempat ini. Draco yakin Ruangannya pasti dapat menyediakan ranjang juga jika diminta.
“Baiklah,” Harry angkat bicara, duduk dengan lebih tegak lalu memandang Draco penuh tanya. “Jadi gimana caranya aku melakukan Occlumency?”
Draco menghela napas, lalu memulainya penjelasannya.
“Kurasa kita jangan buru-buru langsung melakukannya seperti Niffler yang terjun ke tumpukan emas deh,” ucap Draco. “Soalnya Occlumency ini lebih condong ke pikiran, bukannya mantra. Jadi mending kita persiapkan saja pelan-pelan. Kamu duduklah yang nyaman.” Ketika Harry cuma mengernyitkan kening dengan bingung, Draco memutar matanya lagi. “Taruh dulu tasmu di lantai. Duduk yang nyaman. Sepatumu juga dilepas, kalau mau. Atau apapun lah yang bikin kamu nyaman.”
Harry masih terlihat bingung, namun setelah beberapa saat, dia melakukan seperti apa yang Draco perintahkan. Dia meletakkan buku-bukunya di lantai dan melepas sepatunya. Dia agak ragu sebelum akhirnya duduk mendekat ke arah Draco. Harry menyilangkan kakinya di atas sofa, lalu mengangguk puas sebelum akhirnya menatap Draco.
“Begini maksudnya?” tanya Harry.
“Benar,” Draco menyeringai. “Kamu harus tenang untuk bisa melakukan Occlumency, jadi lebih baik kamu rileks, setidaknya selama kamu mempelajarinya. Kalau kamu sudah paham caranya, kamu pasti akan dapat melakukannya di situasi manapun.”
“Oke,” Harry mengangguk paham.
“Nah,” Draco memulai. “Aku tahu kedengarannya pasti aneh, tapi ingat, saat pertama aku belajar Occlumency, aku masih kecil, baru sekitar tiga atau empat tahun. Jadi Ibuku mengajariku dengan sederhana. Tapi, menurutku tetap saja gampang untuk dicerna, jadi aku akan mencobanya walaupun mungkin kedengarannya agak aneh, oke?”
“Oke,” jawab Harry pelan. “Aku percaya padamu.”
“Baiklah,” Draco mengangguk. “Jadi dulu Ibuku bilang kalau kita bisa ibaratkan pikiran dengan sebuah lemari.”
“Lemari?” ulang Harry, menaikkan kedua alisnya.
“Benar, sebuah lemari,” Draco membenarkan. “Sudah kubilang, pasti agak aneh, tapi percaya saja dulu. Jadi, di lemarimu ini, kamu punya banyak laci-laci untuk semua pikiran, perasaan dan kenanganmu, dan kalau kamu bisa merapikannya dan mengaturnya di tempat yang seharusnya, pikiranmu akan jadi lebih mudah untuk dilindungi. Tapi, kalau kamu membiarkan laci-lacinya terbuka, semua orang pasti akan bisa mengintipnya. Sampai sini paham?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Do It All Over Again (INA Trans)
FanfictionYang Draco inginkan adalah sebuah jalan keluar. Jalan untuk mengulangi semuanya dari awal, dan untuk menghapus semua kesalahan yang pernah dia lakukan selama belasan tahun terakhir. Di umurnya yang ke sebelas, Draco menerima surat dari masa depan ya...