Draco bertemu lagi dengan Harry saat makan siang dan mencoba setengah mati untuk bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Hermione berkali-kali meliriknya dengan khawatir di seberang meja, namun saat Draco menatapnya kesal, dia langsung malu dan mengalihkan pandangan.
Mereka berjalan menuju pondok Hagrid untuk kelas Pemeliharaan Satwa Gaib setelahnya, dan berita yang mereka dapatkan dari Hagrid selama lima menit sebelum murid lain datang membuat suasana hati Draco memburuk. Ternyata, Hagrid diberitahu oleh Umbridge bahwa dia resmi dalam masa pengawasan.
“Sesuai dugaanku, kalau boleh jujur,” gerutu Hagrid.
“Ya, bagaimana lagi,” Draco menghela napas, dengan dahi yang mengernyit. “Setelah dia memperlakukanmu begitu, sudah jelas hasilnya bagaimana.”
“Ayolah, Hagrid,” bisik Hermione. “Berjanjilah pada kami agar setelah ini kamu lebih hati-hati. Tetaplah mengajar dengan kurikulum yang disetujui Kementerian.”
“Aku akan melakukannya, tapi aku tidak yakin wanita itu akan melepaskanku begitu saja, Hermione.” Hagrid menghela napas lelah. “Dia ingin aku enyah dari sini, jadi dia pasti berhasil menemukan cara untuk melakukannya, tidak peduli apa yang kulakukan.”
Keheningan langsung tercipta di antara mereka, namun Draco merasa perkataan Hagrid ada benarnya. Dan itu membuat Draco luar biasa sedih.
Kenapa sih akhir-akhir ini hidupnya selalu saja menyedihkan?
.
Draco ada kelas Astronomi di sore hari, namun dia bergabung dengan Hermione dan Weasley di perpustakaan setelahnya, dimana mereka tengah mengerjakan esai untuk Umbridge dan menunggu Harry selesai latihan Occlumency dengan Snape. Draco sedikit gelisah soal latihan itu—firasatnya buruk soal ide Dumbledore yang ini, dan dia tidak ingin menunggu esok hari untuk tahu bagaimana latihannya berjalan.Saat Harry pada akhirnya bergabung dengan mereka, dia terlihat begitu kelelahan, dengan wajah pucat dan berkeringat, serta sedikit gemetar, mata hijaunya terbuka lebar dan bergerak liar memandangi mereka bertiga.
“Ada apa?” tanya Draco cepat, namun dengan suara pelan supaya Pince tidak memarahi mereka. “Snape melakukan apa?”
“Tidak ada,” gerutu Harry, tidak fokus. “Dengar, aku baru sadar soal sesuatu. Mimpi-mimpiku selama ini soal lorong panjang… ingat?”
“Tunggu,” Draco memotongnya. “Kamu mimpi soal lorong? Kamu belum pernah cerita padaku!”
Raut wajah Harry menunjukkan bahwa dia merasa bersalah seketika.
“Uh, iya sih…” gumam Harry. “Aku tidak mau kamu khawatir. Tapi intinya,” Harry melanjutkan, kini memandang Hermione dan Weasley. “Aku menghubungkan mimpi itu saat tadi Snape membaca pikiranku dan membuatku teringat beberapa kenangan… lorongnya sama dengan lorong tempat Ayahmu di serang, Ron! Lorongnya ada di Departemen Misteri!”
Pikiran Draco masih penuh dengan kenyataan bahwa Harry selama ini memimpikan sesuatu yang aneh tentang Departemen Misteri tanpa memberitahunya, bersamaan dengan itu, Hermione menghela napas dan berseru. “Tentu saja!”
“Apanya yang tentu saja?!” tanya Weasley tidak sabar.
“Ron, coba pikirkan… Sturgis Podmore mencoba menyusup ke sebuah pintu di Kementerian Sihir—”
“Siapa?” tanya Draco, seperti tidak tahu apa-apa.
“Seseorang dari Orde,” jawab Harry sekenanya. “Dia sekarang sudah di Azkaban karena mencoba menyusup ke sebuah pintu di Kementerian Sihir. Pasti sebuah pintu di Departemen Misteri!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Do It All Over Again (INA Trans)
FanficYang Draco inginkan adalah sebuah jalan keluar. Jalan untuk mengulangi semuanya dari awal, dan untuk menghapus semua kesalahan yang pernah dia lakukan selama belasan tahun terakhir. Di umurnya yang ke sebelas, Draco menerima surat dari masa depan ya...