"Jadi," ujar Draco ketika dirinya sudah berhasil membawa Harry keluar dari Aula Utama agar mereka lebih dapat privasi. "Aku butuh bantuanmu," tambahnya sambil berjalan bersisian dengan Harry di lorong.
"Apapun aku siap," jawab Harry tanpa berpikir lebih lama, membuat Draco tersenyum pada rasa percaya Harry terhadapnya, walaupun situasinya sedang serius.
"Aku butuh Peta Marauder-mu," Draco berujar, menatap mata Harry dan menyadari ada kebingungan atas permintaannya yang tiba-tiba. "Aku butuh mengawasi Nott."
"Memangnya dia melakukan apa?" tanya Harry, langsung waspada.
"Aku juga tidak yakin," Draco mengakui. "Tapi kemarin aku bicara dengan Blaise Zabini, dan menurutnya, Nott sedang merencanakan sesuatu untuk Pangeran Kegelapan."
"Shit," umpat Harry, berhenti berjalan.
"Iya, begitulah," Draco mengernyit, ikut berhenti di sebelahnya. "Dia ingin agar aku bicara padanya, menyadarkannya, dan menawarkan bantuan agar dia bisa berpindah kubu, katanya sih begitu."
"Apa-apaan?!" seru Harry, langsung membuat Draco mendesis panik dan menyuruh Harry memelankan suaranya. Draco memandang sekeliling, namun ternyata mereka masih sendirian di lorong. Namun beberapa lukisan memandangi mereka penuh tanya, jadi Draco menarik lengan Harry agar mereka melanjutkan berjalan.
"Zabini punya ide aneh di kepalanya," Draco menjelaskan. "Dia bilang aku ini semacam teladan untuk revolusi para Darah Murni. Soalnya karena aku sudah berpindah kubu, dia pikir aku bisa menginspirasi yang lain untuk melakukan hal yang sama."
"Tapi yang kita bicarakan ini si Nott!" Harry protes, mukanya merah karena amarah. Draco bisa melihat bahwa Harry benar-benar murka. "Nott, yang menghabiskan enam tahun dalam hidupnya untuk membencimu dan membuat hidupmu susah! Yang membuatmu masuk ke Ruang Kesehatan berkali-kali! Dia ini tidak mungkin berpindah kubu, Draco!"
"Aku juga kenal Theodore Nott sejak aku kecil, Harry," Draco mengingatkannya dengan lembut. "Kami berdua tidak selalu jadi musuh kok."
"Oh, dan kamu pikir dia akan langsung ingat soal itu saat kamu menyuruhnya pindah kubu dan mengkhianati orang tuanya?" tanya Harry sengit. "Dia membencimu kan karena kamu mengkhianati para Darah Murni!"
"Iya, tapi itu kan sebelum dia tahu bagaimana buruknya bekerja langsung di bawah Pangeran Kegelapan," Draco mengingatkan. "Bisa jadi sekarang pikirannya berubah."
Harry mengumpat lagi, seolah bingung harus menjawab apa.
"Ini ide yang buruk!" erangnya. "Sangat berbahaya!"
"Aku tahu, Harry," Draco menghela napas. "Aku janji aku akan hati-hati. Tapi, Harry, aku bisa menjaga diriku sendiri, kamu tahu soal itu. Nilaiku di Pertahanan sama bagusnya denganmu, dan walaupun aku tidak punya insting kuat sepertimu, aku jauh lebih cerdik kalau soal bertahan. Awal-awal aku akan coba mendekatinya secara wajar saja kok, mencari tahu apa yang dia rencanakan, dan menunggu saat yang cepat untuk bicara dengannya."
"Apa tidak lebih baik menggunakan Legilimency saja biar cepat selesai?" tanya Harry masih terdengar kesal. "Lalu kita bisa langsung memberitahu Profesor Dumbledore soal apa yang kamu temukan, terus—"
"Harry, walaupun misalnya dia tidak pandai Occlumency—yang menurutku tidak mungkin, mengingat kemungkinan dia berada di dekat Pangeran Kegelapan—dia pasti langsung tahu kapan aku masuk dalam pikirannya. Legilimency tidak bisa dilakukan diam-diam. Setelah itu dia pasti tidak mau bicara padaku—"
"Buat apa bicara padanya!" Harry berteriak.
"Aku sudah janji pada Zabini, kan..." Draco mengingatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do It All Over Again (INA Trans)
FanfictionYang Draco inginkan adalah sebuah jalan keluar. Jalan untuk mengulangi semuanya dari awal, dan untuk menghapus semua kesalahan yang pernah dia lakukan selama belasan tahun terakhir. Di umurnya yang ke sebelas, Draco menerima surat dari masa depan ya...