Beberapa hari setelahnya begitu kacau namun juga entah kenapa terasa sunyi. Koran-koran dipenuhi berita soal kebangkitan Pangeran Kegelapan yang ternyata benar-benar nyata, bahwa Dumbledore dan Harry selama ini tidaklah berbohong. Berita soal kejadian di Kementerian Sihir langsung menyebar dengan cepat, termasuk soal spekulasi peran Harry pada perang melawan Pangeran Kegelapan nanti.
Para Pelahap Maut yang malam itu terlibat langsung pun berhasil ditangkap, di antaranya adalah Ayah dan Bibi Draco, bersama dengan Ayah Nott. Nott sama sekali tidak berbicara dengan Draco sejak kejadian itu, namun setiap mata mereka bertemu, tatapannya penuh dengan kebencian. Draco yakin pasti akan ada pembalasan dendam darinya, namun Draco tidak ingin khawatir soal itu dulu.
Soal Ayahnya yang kini dikurung di Azkaban, dia tidak tahu harus merasa bagaimana. Dia tahu, Ayahnya pantas mendapatkannya, dan harusnya Draco lega karenanya, atau bahkan puas. Namun saat Draco mencari-cari perasaan itu, dia selalu tidak bisa menemukannya. Dia hanya mati rasa. Tidak ada perasaan sakit, ataupun menyesal. Dia sempat mengirim surat pada Ibunya, memastikan keadaannya baik-baik saja—karena selama ini Ibunya selalu berharap suaminya itu akan sadar dan kembali ke jalan yang benar—namun Ibunya belum membalas suratnya tersebut.
Di Hogwarts, segalanya kembali normal. Dumbledore kembali menjadi kepala sekolah, Hagrid juga kembali, dan segala jejak kekuasan Umbridge langsung musnah hanya dalam beberapa hari, seolah dia tidak pernah menginjakkan kaki di Hogwarts sebelum ini. Satu-satunya jejaknya yang tersisa adalah luka di punggung tangan Harry dan Draco, serta kenangan buruk yang tersimpan.
Omong-omong soal Harry, seperti yang sudah disangka, sahabatnya itu begitu berubah setelah petualangan mereka di Kementerian. Dia jadi jarang berbicara setiap mereka berkumpul dan sering kabur setelah beberapa menit mengobrol dengan banyak alasan. Setelahnya, Draco akan menemukannya sendirian di salah satu sudut kastil, terlihat tersesat dan sedih. Jadi Draco akan duduk di sampingnya, sama sekali tidak mengajaknya bicara, hanya menawarkan keheningannya sebagai teman, dan Harry berterima kasih karenanya. Draco sadar bahwa Harry masih belum siap untuk membicarakan semuanya, namun Draco ingin berada di sisi Harry dan melakukan apapun untuknya, dan dia bersyukur Harry membiarkannya berada di sisinya.
Di banyak waktu saat Harry ingin sendirian saja, Draco menghabiskan waktunya bersama dengan Ginny, Luna, Longbottom, Hermione dan Weasley (dua orang itu masih dirawat) di Ruang Kesehatan, dan sedikit demi sedikit, mereka bercerita soal apa yang Draco lewatkan saat mereka berada di Kementerian. Lebih tepatnya, mereka jadi sering berdiskusi soal bola berisi Ramalan yang kini sudah hancur berkeping-keping sebelum ada yang sempat mendengarkan.
"Pasti ramalannya berisi penjelasan soal koneksi antara Harry dan Voldemort," ujar Hermione sambil mengernyit. "Cuma itu yang masuk akal."
"Penjelasan yang paling masuk akal adalah bahwa Harry merupakan orang yang ditakdirkan untuk mengalahkan Kau-Tahu-Siapa," Luna mengedikkan bahu, dengan nadanya yang begitu lembut dan santai, seolah dia baru saja membicarakan soal cuaca. "Kalian tidak setuju?"
Draco mengepalkan tangannya dan melemparkan pandangan ke luar jendela. Dia setuju, tapi mengakuinya keras-keras akan membuat semuanya menjadi nyata dan dia belum siap melakukannya. Ginny menyikut rusuknya, dan saat mata mereka bertemu, ekspresi wajahnya seolah memahami sesuatu, membuat Draco mau tak mau kembali bergabung dengan obrolan mereka.
"Kalau memang ramalannya soal itu, sayang sekali bola ramalannya hancur," ujar Ron menyesal. "Mungkin di dalamnya ada petunjuk soal bagaimana cara Harry harus melawannya?"
"Kalau memang begitu, bukannya Pangeran Kegelapan harusnya sudah menghancurkannya dari dulu?" Draco mengernyit. "Aneh kalau isinya itu, karena akan terlalu mudah untuk semuanya. Lagian, ramalan itu tidak seperti cermin masa depan. Ramalan cuma menunjukkan salah satu jalan ke masa depan, dari sekian banyak jalan menuju ke sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Do It All Over Again (INA Trans)
FanfictionYang Draco inginkan adalah sebuah jalan keluar. Jalan untuk mengulangi semuanya dari awal, dan untuk menghapus semua kesalahan yang pernah dia lakukan selama belasan tahun terakhir. Di umurnya yang ke sebelas, Draco menerima surat dari masa depan ya...