[Year 4] Chapter 9. 'Kami Akan Merampas Apa yang Paling Kalian Rindukan'

2.4K 376 207
                                    

Ketika tahun baru tiba, Draco menemukan hal yang lebih penting untuk dipikirkan daripada perasaannya pada Harry. Rita Skeeter mempublikasikan artikel yang membongkar bahwa Hagrid adalah keturunan dari raksasa, sehingga teman sekaligus guru Pemeliharaan Satwa Gaib itu begitu terpukul sampai berdiam diri di pondoknya saja selama berhari-hari, menolak untuk mengajar, sama sekali tidak makan, bahkan tidak menjawab ketika mereka beramai-ramai mengunjunginya di depan pintu. Padahal mereka berempat sudah memohon-mohon.

Barulah setelah tidak sengaja bertemu dengan Rita Skeeter di Hogsmeade, Hermione berderap ke pondok Hagrid untuk mendobrak masuk. Tidak disangka-sangka, begitu Hermione sudah akan mendobrak pintu pondok Hagrid, ternyata Profesor Dumbledore ada di dalamnya dan mengundang mereka semua untuk masuk. Bersama-sama, mereka membujuk Hagrid agar tidak melanjutkan rencananya untuk mengundurkan diri dan segera keluar dari persembunyiannya.

"Kalau boleh jujur ya, Hagrid," ujar Draco begitu pelan saat Profesor Dumbledore sudah pergi dari sana, sambil memindahkan secangkir teh yang dihidangkan Hagrid dari tangan satu ke tangan lainnya tanpa meminumnya. "Kamu coba lihat kami deh. Aku berasal dari keluarga darah murni yang kejam," Draco menunjuk dirinya sendiri. "Kerabat muggle Harry seperti monster jahat dan sadis," tunjuk Draco pada Harry, kemudian lanjut menunjuk pada Hermione. "Keluarganya muggle, yang walaupun sama sekali bukan kesalahan, tapi dianggap rendah oleh beberapa orang, dan keluarganya disebut darah pengkhianat," Draco melanjutkan menunjuk Weasley. "Apa kamu berpikir fakta bahwa kamu keturunan raksasa akan menjadi sesuatu yang menonjol?"

"Tapi kan berbeda," ucap Hagrid dengan nada begitu sedih.

"Bagi Ayahku sih, derajatmu akan sama saja dengan garis keturunan Hermione ataupun Weasley," Draco memutar matanya. "Dan aku sama sekali tidak peduli dengan pendapat orang semacam itu, jadi kenapa kamu harus gelisah seperti ini akibat artikel bodoh di koran itu padahal teman-temanmu sama sekali tidak akan menganggapmu berbeda?"

Mendengarnya membuat Hagrid langsung tersenyum dengan mata berkaca-kaca, sedangkan Fang langsung menjilati telinga Draco, membuatnya berjengit kaget.

.

Dan tentu saja, segera setelah kejadian Hagrid berhasil ditangani, tantangan kedua sudah semakin dekat. Dengan mengantongi Gillyweed, harusnya mereka sudah tak perlu khawatir, namun entah kenapa Draco tidak bisa berhenti takut jika sesuatu tidak berjalan sesuai dengan rencana. Sampai-sampai Draco harus mencari tahu soal mantra Gelembung Kepala sebagai opsi kedua lalu mengajarkannya pada Harry, untuk berjaga-jaga.

"Kalau melihat tingkahmu, orang-orang pasti berpikir kalau yang mau menyelam ke danau itu kamu," ujar Harry di suatu sore, seperti terdengar geli, setelah dirinya berhasil melempar mantra Gelembung Kepala untuk ketiga kalinya. "Suatu hari kamu bisa saja loh mati karena khawatir."

"Aku juga sadar kok," Draco menyetujui dengan suram. "Dan itu semua karena kamu, karena kerjaanku adalah mengkhawatirkanmu terus, asal kamu tahu saja."

"Tenanglah," ujar Harry. "Aku sudah siap-siap kok. Kita sudah berusaha sekeras mungkin. Sekarang aku cuma harus menyelam ke dalam danau dan—"

"—selamat," Draco melanjutkan kata-kata Harry. "Dan pokoknya kamu harus selamat, karena kalau tidak, aku akan mengikutimu sampai ke alam sana untuk membawamu kembali, dan aku akan menghabisimu sendiri dengan tanganku. Tidak peduli jika aku harus mencari batu bertuah dulu untuk melakukannya."

"Hah?" tanya Harry, bingung, sambil menahan tawanya karena Draco begitu tidak masuk akal.

"Lupakan deh," Draco mengibaskan tangannya. "Intinya adalah, kamu harus berhati-hati, dasar Gryffindor bodoh!"

"Iya, iya," Harry mengangguk. "Aku janji aku akan berhati-hati."

.

Pagi saat tantangan keduanya berlangsung, Draco bahkan terlalu gugup untuk sarapan. Dia duduk di sebelah Harry di meja Gryffindor, sibuk menyuapi Harry roti panggang sedangkan dirinya sendiri cuma minum secangkir teh.

Do It All Over Again (INA Trans)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang