"Hermione," Draco menghela napas, memijat kepalanya sementara Harry menyembunyikan senyumnya di tumpukan tugas Pelajaran Ramalan. "Aku mengagumi keinginan bijak dan tekadmu untuk menolong makhluk yang membutuhkan bantuan—serius, aku benar-benar mengaguminya," kata Draco tegas saat Hermione sudah akan membuka mulutnya lagi, dengan mata memicing.
"Tapi kamu memilih makhluk yang salah untuk misi penyelamatanmu. Percayalah, aku ini sudah hidup di rumahku bersama dengan para peri rumah sepanjang hidupku, dan mereka bisa-bisa mati terkejut jika aku menawari mereka upah."
"Itu sih karena mereka sudah dicuci otak!" desis Hermione.
"Kamu harus melihatnya sebagai budaya yang berbeda antar makhluk," Draco bersikeras. "Kamu selalu saja bilang padaku selama bertahun-tahun bahwa Muggle tidak lebih rendah dari penyihir hanya karena mereka tidak bisa menggunakan sihir di hidupnya, dan cara mereka hidup sama sekali tidak hina."
"Loh, apa hubungannya itu dengan perbudakan peri rumah?" tuntut Hermione.
"Aku cuma bilang, sombong namanya kalau memaksakan pandangan dari budayamu pada mereka, cuma karena kamu berpikir itu adalah hal yang benar untuk mereka. Padahal mereka menolaknya. Tidak, dengarkan aku dulu!" Draco tetap mencoba melanjutkan walau Hermione sudah hampir memotongnya.
"Kalau kamu menawari mereka upah, mereka akan tersinggung. Aku setuju kalau misalnya banyak dari peri rumah yang tidak diperlakukan secara adil, misalnya oleh orang seperti Ayahku, dan kalau kamu mau mengesahkan hukum baru untuk melindungi mereka, aku sangat setuju. Tapi kalau misalkan dibayar, aku tahu mereka pasti tidak mau, dan akan sia-sia saja energimu kalau dipakai memaksa mereka menerima idemu."
"Perlindungan hukum akan jadi program kerja jangka panjang untuk SPEW." jawab Hermione dingin. "Tapi kami tidak akan diam saja sampai para peri rumah ini memiliki hak yang sama dengan para penyihir, dan kalau kamu tidak mendukungnya, Draco, maka kamu adalah lawan kami."
Draco langsung duduk lagi di kursinya, menatap Harry meminta pertolongan, namun sahabatnya itu malah mengalihkan pandangan sambil menahan tawa. Draco akhirnya menoleh pada Weasley sebagai gantinya.
"Kamu jangan diam saja dong!" ujar Draco tidak terima. "Kamu kan juga darah murni! Kamu harusnya tahu kalau apa yang dilakukan Hermione ini sia-sia!"
Weasley hanya mengedikkan bahu, sambil menggigit roti isinya.
"Aku sudah bilang kok," jawabnya, dengan mulut penuh. "Tapi dia tidak mau dengar, dan kamu sendiri tahu kalau mending membiarkan dia melakukan apapun yang dia mau daripada memaksanya untuk berhenti."
"Makasih deh, terbantu sekali aku dengan kata-katamu," gerutu Draco sarkas.
"Ron tidak salah, asal tahu saja," ujar Hermione. "Aku akui, aku berharap kamu mendukungku, tapi tanpa dukunganmu pun aku akan tetap melakukannya. Jadi mending kamu hentikan semua usahamu untuk membuatku diam saja."
"Padahal kamu yang mengajak ngobrol duluan!" Draco mengingatkannya, tapi saat Hermione mengabaikannya, Draco cuma cemberut dan memutuskan melanjutkan tugas pelajaran Mantranya. "Terserah deh. Pokoknya jangan libatkan aku dalam urusanmu."
"Tidak akan." sentak Hermione.
"Baguslah," Draco memutar matanya, lalu menghadap ke arah Harry, membuat argumennya dengan Hermione berhenti. "Kamu sudah sempat diajar oleh Profesor Moody belum?"
"Belum," jawab Harry, meletakkan bukunya untuk menatap lurus mata Draco. "Aku baru ada pelajaran Pertahanan besok setelah makan siang. Kamu?"
"Besok pagi di jam pertama," jawab Draco. "Aku lumayan penasaran dengan kelasnya. Di rumah, Father sering bilang kalau dia itu agak gila, tapi aku sudah tidak percaya dengan penilaiannya, jadi yah..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Do It All Over Again (INA Trans)
FanfictionYang Draco inginkan adalah sebuah jalan keluar. Jalan untuk mengulangi semuanya dari awal, dan untuk menghapus semua kesalahan yang pernah dia lakukan selama belasan tahun terakhir. Di umurnya yang ke sebelas, Draco menerima surat dari masa depan ya...