Draco bangun keesokan harinya, merasakan Harry yang dengan hati-hati melepaskan diri dari pelukannya. Insting pertama Draco adalah menahannya untuk tetap tinggal-pandangannya masih kabur dan dia sudah dalam posisi yang nyaman memeluk Harry-namun kemudian Draco sadar bahwa pasti pacarnya itu butuh ke kamar mandi, jadilah dia dengan enggan melepaskan pelukannya.
Dia membiarkan matanya untuk tetap terpejam, mencoba kembali tidur, namun gagal. Jadi dia membuka matanya sambil menghela napas dan mengerjap dalam gelap di sekelilingnya. Dia tidak tahu pukul berapa sekarang karena di ruangan ini sama sekali tidak ada cahaya. Dari suara napas berat di sebelahnya, dia bisa merasakan bahwa Hermione dan Weasley masih tertidur. Jika Draco memicingkan matanya, dia bisa melihat bayang Hermione di atas sofa, dengan lengannya yang menggantung di pinggiran, dekat dengan lengan milik Weasley. Sepertinya mereka jatuh tertidur dengan bergandengan tangan.
Draco tersenyum melihatnya. Akhirnya.
Dirinya telentang di sana sekitar satu sampai dua menit, sebelum sadar bahwa Harry masih belum juga kembali. Mengernyitkan keningnya, dia akhirnya keluar dari kantung tidurnya dan berjinjit ke luar ruangan. Segera setelah Draco sampai di lorong, dia menyalakan lumos di ujung tongkatnya untuk mencari Harry. Awalnya Draco ke kamar mandi, namun isinya kosong. Jadilah dia mencari ke semua ruangan satu-satu, walau dia sama sekali tidak familiar dengan ruangannya. Makin lama, Draco makin panik karena tidak menemukan Harry di manapun.
"Kemana sih anak itu," gerutunya, sebelum akhirnya menggenggam kalungnya. Draco menutup matanya dan fokus membayangkan Harry. Liontinnya menghangat, lalu menampilkan Harry yang berada di ruangan asing, sedang duduk di lantai sambil menatap ke sebuah kertas perkamen dengan raut wajah yang tak dapat didefinisikan. Setidaknya dia tidak pergi dari sini, pikir Draco, sebelum dia merasakan energi yang menariknya untuk menaiki tangga.
Draco mengangkat alisnya begitu matanya terbuka lagi, dan tarikan itu makin jelas, membuat Draco mengikutinya. Terheran-heran, apakah ini juga salah satu fungsi dari kalungnya. Apakah kalung ini juga bisa menemukan seseorang yang dia sayangi juga? Ketika Draco sudah tiba di atas, sepertinya memang benar asumsinya. Karena di salah satu lorong, sebuah pintu dengan tulisan 'Sirius' terbuka lebar. Draco langsung paham begitu melihat Harry di dalamnya.
Sama seperti yang ada di penglihatannya, Harry sedang duduk di lantai, namun kini matanya menoleh ke arah Draco, dengan kertas perkamen yang masih ada di tangannya. Matanya merah, Draco yakin pacarnya itu baru saja menangis. Hati Draco mencelos, membuatnya berjalan melintasi ruangan agar dirinya bisa duduk di samping Harry.
"Hei, love," bisiknya. "Lagi baca apa?"
"Surat dari Ibuku," jawab Harry, suaranya serak, membuat dada Draco sakit karenanya. Harry menyodorkan suratnya, dan Draco menerimanya lalu membacanya. Suratnya-yang adalah surat untuk Sirius, mungkin adalah surat terakhirnya. Tanggal di surat itu adalah saat Harry pertama kali berulang tahun. Suratnya berisi seperti apa kehidupan kedua orang tuanya sebelum meninggal-menjaga Harry yang masih batita, minum teh dengan Bathilda Bagshot, James Potter frustrasi karena jarang keluar rumah, dan lainnya. Namun suratnya seperti belum selesai. Baru saja Lily Potter bercerita sesuatu yang diberitahu Bathilda Bagshot pada Dumbledore, halaman selanjutnya sudah tidak ada. Terlihat dari raut wajah Harry bahwa dirinya tidak berhasil menemukannya, jadi Draco tak bertanya apapun.
Tanpa sepatah kata, Draco meraih Harry dalam pelukannya, membuat Harry segera membenamkan kepalanya ke ceruk leher Draco. "Caranya menulis huruf 'g' sama seperti caraku menulisnya." bisik Harry, nadanya yang begitu sedih membuat mata Draco memanas.
"Benar juga," ujar Draco saat melihat perkamennya lagi. "Cara ibumu bicara juga mirip sekali denganmu. Rasanya kamu jauh lebih mirip dengannya daripada yang kamu tahu selama ini." Harry seperti ingin terisak, membuat Draco buru-buru mengeratkan pelukannya. "Pasti semua ini tidak adil bagimu, aku tahu." Draco mengelus-elus kepala Harry dengan sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do It All Over Again (INA Trans)
FanfictionYang Draco inginkan adalah sebuah jalan keluar. Jalan untuk mengulangi semuanya dari awal, dan untuk menghapus semua kesalahan yang pernah dia lakukan selama belasan tahun terakhir. Di umurnya yang ke sebelas, Draco menerima surat dari masa depan ya...