Moon's Head Note:
Content warning, sekedar mengingatkan buat yang lupa warning aku di last chapter, chapter ini mengandung sexual content ya. Dan setelah aku terjemahin detail (pas dulu baca aku selalu skip2 kalo ada adegan dewasanya), ternyata di sini walau nggak ada penetratif seks (yang artinya nggak ada top dan bottom), di sini Harry-nya agak dominant, so if you're gonna complain about that, don't. If you disliking Harry being a little bit dominant, it's okay to stop reading this :)
.
Kemenangan Slytherin membawa aura yang berbeda di dalam Asrama. Beberapa angkatan yang lebih atas malah merasa kesal, sampai Yatin bertengkar dengan Jimmy Higgs, Darah Murni seangkatannya yang menyebalkan. Mereka berdua tentu saja dihukum (walau Yatin menenangkan Draco bahwa hukumannya setimpal dengan kepuasan karena dapat memukul Higgs beberapa kali).
Di sisi lain, Carina dan Zoe memberitahu kalau beberapa anak perempuan kelas satu memberi mereka bunga dan kabur setelahnya sambil malu-malu. Viola juga menginformasikan kalau dia menerima sebuah surat tanpa nama dari angkatan di bawahnya yang berisi bahwa dia sangat senang setiap melihat Viola di lapangan hingga dirinya terinspirasi untuk mencoba masuk dalam tim Slytherin tahun depan.
Intinya, ada perubahan di asrama Slytherin, perubahan yang membuat takut sebagian orang, tapi juga berdampak baik bagi sebagian lainnya.
Seseorang yang sepertinya paling takut akan perubahan ini adalah Theodore Nott. Dia semakin mengasingkan diri dan terlihat gelisah sepanjang waktu. Setiap matanya bertatapan dengan Draco, dia langsung berjengit, dan setiap Draco memasuki kamarnya, dia pasti langsung keluar dari sana. Mereka sama sekali tidak berbicara sejak kejadian yang membuat Draco dirawat di Ruang Kesehatan itu, dan dia tidak yakin apa sebaiknya dia harus membicarakannya dengan Nott atau tidak.
Zabini dan Pansy, di sisi lain, benar-benar merasa bersalah karena menyarankan Draco untuk bicara dengan Nott.
"Aku sungguh mengira kalau dia akan mendengarkan kamu," Pansy berujar— di kepala Draco sudah tidak ada lagi panggilan Parkinson, entah sejak kapan. Usai berkata begitu, Pansy bangkit dari ranjang Zabini untuk mendekat dan memeluk Draco erat. "Aku tidak akan berani menyuruhmu bicara dengannya kalau aku tahu dia akan menyerangmu begitu, Draco, aku berani bersumpah."
"Aku tahu kok," jawab Draco. "Aku percaya niatmu baik."
"Soalnya, dulu waktu kecil kan kita sering main bersama," Pansy memperingatkannya, masih dengan nada yang sedikit histeris. "Theo sering mengepang rambutku. Kalian berdua sering kejar-kejaran dengan sapu terbang mainan kalian. Aku pikir itu juga berarti untuknya."
"Ada faktor lain yang lebih besar dari itu, Pans," Draco mengingatkannya. "Nyawa orang tua kita, misalnya."
"Aku tahu," gumamnya. "Tentu saja aku tahu. Karena itulah aku selama ini selalu berhati-hati. Karena Ayahku juga terlibat, dan aku tidak bisa kabur begitu saja, meskipun aku sungguh ingin."
"Kenapa?" tanya Draco penasaran. "Kenapa kamu ingin berpindah kubu?"
Pansy terdiam untuk waktu yang lama, sebelum akhirnya menatap Draco dan berbisik. "Masih ingat kejadian tahun kedua? Waktu Kamar Rahasia terbuka, harusnya kejadian itu menguntungkan Slytherin dan membahayakan asrama lain kan? Tapi malah, korban yang paling parah terdampak justru kamu? Dari Asrama Slytherin?"
"Aku bukan korban," jawab Draco refleks, "Aku—"
"Kamu dibawa ke dalam Kamar Rahasianya," Pansy memotongnya. "Aku tidak peduli penjelasanmu, tapi yang jelas kamu itu korban, Draco. Dan itu membuatku berpikir, kalau kamu saja tidak bisa selamat dari itu, maka semuanya pasti tidak aman. Apa pandangan orang tuaku soal semua itu adalah benar? Apa kemurnian darah dan tradisi benar-benar yang paling penting? Apa Pangeran Kegelapan adalah kubu yang benar untuk dipilih kalau dia memang akan kembali? Bisa jadi dia tidak akan segan membunuh kita semua segera setelah kita sedikit saja melenceng dari keinginannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Do It All Over Again (INA Trans)
FanfictionYang Draco inginkan adalah sebuah jalan keluar. Jalan untuk mengulangi semuanya dari awal, dan untuk menghapus semua kesalahan yang pernah dia lakukan selama belasan tahun terakhir. Di umurnya yang ke sebelas, Draco menerima surat dari masa depan ya...