[Year 6] Chapter 8. Hanya Butuh Setetes Keberuntungan

2.3K 260 37
                                    

"Jadi maksudmu, setelah dua minggu sering menghabiskan waktu, kamu masih belum berhasil mencium Harry?!" Hermione bertanya dengan nada tak percaya dan kecewa, hampir mirip dengan saat Profesor McGonagall saat marah.

Draco langsung menyuruhnya bicara pelan-pelan, walaupun sekarang tidak ada siapapun di meja karena Draco dan Hermione sengaja pergi sarapan pagi-pagi, jadi sebenarnya tidak akan ada yang mencuri dengar.

"Waktunya selalu tidak tepat tahu," Draco menggerutu, tidak berani memandang mata Hermione. "Bukannya aku tidak pernah mencobanya kok, sungguh."

"Kalian berdua ini benar-benar ya," Hermione menghela napas dan menggelengkan kepalanya. "Apa aku kunci saja ya kalian berdua di dalam lemari supaya berakhir semua omong-kosong ini?"

"Memangnya kamu berani?" Draco menggoda. "Masa iya idemu cuma mengurung kami berdua di dalam lemari?"

Hermione memandangnya tak suka dan Draco memutuskan untuk tidak menguji kesabarannya lagi. Alih-alih, Draco mengubah topik pembicaraan.

"Kamu sudah baca pengumuman pagi ini tidak?" tanyanya. "Yang soal pelajaran untuk Apparition?"

"Sudah." Hermione mengangguk, matanya berbinar penuh rasa ketertarikan, usaha Draco untuk mengganti topik rupanya berhasil. "Aku tidak sabar deh. Sudah dari dulu aku ingin belajar untuk ber-apparate! Soalnya pasti akan berguna sekali!"

"Tentu saja," Draco setuju. "Maksudku, jaringan Floo memang membantu sih, tapi sangat dibatasi dan butuh perapian dulu. Apparition tentu sangat berguna untuk dipakai di perang nanti. Kita harus bisa ber-apparate."

"Benar juga sih," Hermione mengangguk sambil mengernyitkan kening. "Tapi sepertinya akan agak sulit ya."

"Kayaknya para Profesor bilang sulit hanya untuk menakut-nakuti kita," Draco memutar matanya. "Kalau memang sangat susah, tidak mungkin banyak orang yang punya surat ijin untuk ber-apparate. Menurutku masalahnya adalah bahaya yang ditimbulkan kalau orang belum benar-benar mahir untuk ber-apparate."

Hermione bergumam sambil berpikir namun sama sekali tidak mengatakan apapun, dan saat itulah Harry dan Weasley memasuki Aula Besar. Draco langsung tahu kapan pastinya Hermione menyadari kedatangan mereka berdua karena dia langsung buru-buru memasukkan makanannya ke mulut dengan wajah yang merah karena kesal. Draco menghela napas, ternyata dua minggu masih belum cukup untuk membuat Hermione melupakan Weasley.

.

Di malam kedua masuk sekolah setelah liburan, Harry sudah dipanggil ke kantor Dumbledore lagi untuk kembali belajar soal masa lalu Pangeran Kegelapan. Harry menjemput Draco dan Hermione di meja sarapan keesokan paginya untuk berjalan-jalan di halaman yang bersalju guna bercerita pada mereka berdua soal hasil pertemuannya dengan Dumbledore terkait masa lalu Voldemort yang makin lama makin mengerikan saja.

Harusnya, dengan kondisi keluarga Draco sendiri, mendengar soal Pangeran Kegelapan yang membunuh kakeknya, Marvolo Gaunt, dan berhasil menyalahkan paman kandungnya, Morphin, atas kejahatan yang tak pernah dia lakukan, tidak langsung membuat Draco merinding. Ayah dan Bibi Draco kini sudah aman berada dalam Azkaban, dan Draco tidak akan lelah mengingatkan semua orang bahwa mereka berdua memang pantas mendapatkannya.

Draco jauh sekali dari citra seorang Penyihir Darah Murni yang ideal. Ikatan darah, walau masih penting untuk Draco, tidaklah menjadi nomor satu. Namun mendengar Pangeran Kegelapan tega membunuh dan mempermainkan nyawa semua keluarga kandungnya, baik itu untuk balas dendam maupun untuk tujuan lainnya, membuat Draco mual luar biasa.

"Profesor Dumbledore menunjukkan padaku memori lain setelahnya," Harry bercerita lagi setelah usai menjelaskan soal kasus pembunuhan Gaunt. Jelas sekali Harry ingin membagikan semua yang dia dapat pada mereka berdua. "Memori yang setelahnya adalah memori milik Slughorn."

Do It All Over Again (INA Trans)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang