Segala kegiatan yang berada di Hogwarts kini mulai menjadi rutinitas. Walaupun banyak sekali berita-berita tidak enak dari dunia luar, yang selalu mengingatkan semuanya bahwa mereka sedang diambang peperangan—seperti misalnya Stan Shunpike, kondektur Knight Bus yang ditangkap karena koneksinya dengan pelahap maut. Walaupun begitu, suasana hati para siswa di Hogwarts tidak terlalu terganggu.
Draco sendiri, kalau boleh jujur, juga menikmati hari-harinya. Dia menghabiskan waktu makannya di meja Gryffindor, kadang cuma ditemani oleh Harry, Hermione dan Weasley, tapi tak jarang juga dengan anak Gryffindor lainnya seperti Ginny, Thomas, Finnigan dan Longbottom. Bahkan Luna pun juga bergabung dengan mereka dari meja Ravenclaw.
Lalu, ada juga latihan Quidditch, salah satu kegiatan yang paling dinikmati oleh Draco. Slytherin akhirnya punya tim yang terdiri dari orang yang benar-benar bertalenta. Draco dari dulu tidak pernah bisa dekat dengan teman-teman satu kamarnya, tetapi di lapangan Quidditch, dia bisa tertawa bersama ketika Ryan sengaja meniru cara bicara Snape dengan begitu persisnya sampai Draco ngeri kalau-kalau Snape tahu dan memberinya hukuman. Berkat itu, Draco jadi merasa bahwa dirinya kini hidup di sebuah dunia yang baru.
“Coba deh kamu meniru Snape di pertandingan saat kita melawan Gryffindor, pasti mereka langsung kaku entah karena geli atau karena ketakutan.” komentar Carina sambil terkekeh.
“Peakes pasti langsung ketakutan,” Zoe mendengus. “Dia seangkatan dengan kita. Kamu pasti kenal dia di kelas ramuan deh.”
“Meniru Snape seperti itu memang kedengarannya taktik yang menarik, kalau berhasil, bisa jadi Weasley juga langsung jatuh dari sapu terbang,” Draco menyeringai, membuat semua orang tertawa. “Tapi taktik itu cuma akan membuat Harry dan Ginny murka. Kalau mereka berdua sudah murka, susah deh jadinya. Aku kenal anak-anak Gryffindor itu. Kita harus melawan mereka dengan kekuatan kita, bukan dengan main curang.”
“Yah,” Yatin mengeluh. “Dimana serunya kalau tidak curang?” Viola langsung menendangnya, sambil tersenyum tipis.
“Percaya deh,” Draco mendengus. “Cukup fokus membobol gawang Weasley saja sampai dia malu, aku pasti sudah cukup senang kok.”
“Bukannya dia temanmu?” tanya Yurika bingung dengan mata gelapnya yang melebar.
“Hubunganku dan Weasley itu rumit.” jawab Draco, membuat yang lainnya tertawa lagi. “Intinya adalah, aku ingin kita mengalahkan Gryffindor dengan telak di pertandingan pertama kita. Aku sudah sering sekali bermain melawan Harry. Dan ini adalah kali pertama aku melawannya dengan tim yang benar-benar hebat, bukannya tim yang seluruhnya berisi pecundang.”
“Setuju!” Viola bersorak, lalu mulai menyumpahi Flint dan Montague yang tidak pernah menerimanya masuk dalam Tim Quidditch Slytherin sebelum ini.
“Oke siap,” jawab Abbas dengan pemukul Beater-nya di pundak. “Kalahkan Gryffindor, permalukan Weasley di hadapan semuanya. Aku paham. Sekarang bisa kita teruskan latihannya?”
Draco tertawa melihat Abbas yang begitu tidak sabar. “Iya, silakan saja,” Draco terkekeh. “Jangan sampai ada yang bilang kalau Kapten Quidditch Slytherin melarang anggotanya berlatih.”
“Jangan sampai kamu melakukan itu, Mr Malfoy, atau saya akan membuangmu ke Asrama lain agar saya tidak perlu lagi berurusan denganmu.” ujar Ryan sambil meniru Snape semirip mungkin, Draco sampai tidak kuat menahan tawa. Draco mengangkat jari tengahnya pada Ryan dan Ryan membalasnya dengan menjulurkan lidah kemudian berbalik untuk melakukan pemanasan bersama dengan Abbas.
Mereka berjalan bersisian kembali ke kastil setelah latihan, mengobrol seru sampai mereka tiba di Aula Utama. Meja-meja asrama masih relatif sepi saat mereka tiba, dan Draco tidak melihat Harry, Hermione dan Weasley dimana-mana, mungkin mereka di perpustakaan atau di ruang rekreasi Gryffindor. Namun begitu, Ginny ada di sana, mengerjakan tugas dengan Luna. Ginny melambai padanya begitu mata mereka bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do It All Over Again (INA Trans)
FanfictionYang Draco inginkan adalah sebuah jalan keluar. Jalan untuk mengulangi semuanya dari awal, dan untuk menghapus semua kesalahan yang pernah dia lakukan selama belasan tahun terakhir. Di umurnya yang ke sebelas, Draco menerima surat dari masa depan ya...