Suasana hati Harry sepanjang sisa pekan itu sedikit membaik, dan walaupun Draco ingin sekali berpikir bahwa alasannya adalah karena hal lain, namun tetap saja firasat Draco mengatakan bahwa semua ini karena perhatian Chang pada Harry, bahkan Hermione saja sadar. Hal itu membuat Draco uring-uringan, walaupun dia menahan setengah mati untuk tidak menunjukkannya.
Namun di hari Senin, suasana hati Harry yang begitu baik—yang ditengarai Draco akibat kisah cintanya—tiba-tiba memburuk lagi. Sebuah pemberitahuan telah ditambahkan di setiap papan pengumuman masing-masing Asrama, bertuliskan bahwa “Dengan Perintah Inkuisitor Agung Hogwarts, seluruh organisasi siswa, tim, kelompok, grup ataupun klub sejak hari ini tidak diperbolehkan”, dan semua ijin untuk melakukan aktivitas kelompok harus disetujui oleh Umbridge terlebih dahulu. Draco mengumpat keras begitu membaca pengumumannya.
“Kan sudah kubilang bertemu di Hog’s Head itu ide yang buruk, Hermione!” sentak Draco beberapa jam kemudian, di lorong menuju ruang kelas ramuan. “Tapi tidak ada yang mendengarkanku. Soalnya, siapa sih Draco itu? Cuma anak Slytherin yang tidak tahu apa-apa, iya kan?!”
“Kok kamu bilang begitu” Hermione protes, terlihat terluka. “Padahal selama ini aku kan selalu menghormati pendapatmu.”
“Iya, menghormati. Tapi tetap saja kamu menganggap pendapatmu lebih baik,” timpal Draco datar.
“Sebelum ini kan memang kita maunya merahasiakan,” Hermione mengingatkan, kalimatnya sedikit bergetar. “Jadi sebenarnya, sama saja kan. Melanggar aturan maupun tidak—”
“Sama saja?!” ulang Draco tidak percaya. “Hermione, sebelum ini, walau orang-orang yang kita belum kenal dengan baik berani membocorkan, kita masih bisa berlindung di bawah aturan sekolah. Sekarang aturan sekolah pun tidak berpihak pada kita.”
“Terus gimana? Kamu mau kabur?!” Weasley angkat bicara, nadanya terdengar begitu marah.
“Mending mulutmu ditutup deh!” sentak Draco lagi. “Yang bilang mau kabur siapa? Aku cuma protes karena semuanya sekarang kacau. Terlalu banyak yang ikut, tapi kita tidak hati-hati sama sekali.”
“Iya, kami paham, protesmu sangat masuk akal kok,” Harry menghela napas, jelas-jelas ingin menengahi pertengkaran di antara mereka. “Tapi sekarang kan sudah terlambat, jadi yang bisa kita lakukan ya meneruskan apa yang sudah kita mulai.”
Draco menatap Harry tak suka, namun berhenti untuk protes.
.
Pengumuman Umbridge bukanlah satu-satunya berita baru di hari itu. Hedwig kembali dari perjalanannya ke Sirius dengan luka serangan. Harry langsung membawanya ke Profesor Grubbly-Plank untuk dirawat, namun jelas bahwa penyerangnya—yang bisa jadi suruhan Umbridge—memang berniat mengejar Hedwig dan mungkin berhasil membaca suratnya. Jadi isi surat Sirius yang mengatakan bahwa dirinya akan melakukan firecall di perapian Gryffindor malam itu—kemungkinan sudah bocor.Tentu saja, mustahil untuk mengatakan pada Sirius bahwa rencana mereka harus dibatalkan. Walaupun, misalnya, Aquila berhasil tepat waktu mengirimkan suratnya pada Sirius, tidak ada jaminan bahwa Aquila tidak akan diserang juga. Jadi, mereka tidak dapat melakukan apapun selain menunggu.
Dan memang, setelah Draco tidak dapat tidur hampir semalaman, dia langsung dikabari oleh Harry bagaimana mereka hampir saja ketahuan.
“Wanita itu memergoki Sirius di perapian,” Harry bercerita saat mereka tengah berjalan di halaman. “Dia sempat mengulurkan tangan, tapi Sirius lebih cepat.”
“Untunglah,” Draco bernapas lega. “Dia tidak boleh firecall lagi. Aku tahu pasti susah harus bersembunyi entah dimana dia sekarang berada, tapi dia tidak boleh melakukan hal yang berisiko lagi seperti itu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Do It All Over Again (INA Trans)
FanfictionYang Draco inginkan adalah sebuah jalan keluar. Jalan untuk mengulangi semuanya dari awal, dan untuk menghapus semua kesalahan yang pernah dia lakukan selama belasan tahun terakhir. Di umurnya yang ke sebelas, Draco menerima surat dari masa depan ya...