Perasaan aneh apa yang membuat Lucy merasa kesal kepada Regulus tanpa sebab. Mereka berdua duduk bersama di salah satu meja belajar perpustakaan. Lucy menatap Regulus yang matanya terpaku dengan buku pelajaran. Apakah sesuatu penting terjadi dan dia melupakannya? Kenapa ia bisa tidak mengingat apapun sebelum ia terjatuh?
"What are you looking at?" Tegur Regulus dengan menatap Lucy kembali.
Yeah, mata abu-abu itu membuatnya merasa tenang dan juga kesal.
Kenapa?
"Hanya bingung," jujur Lucy dengan raut wajah mengkerut. Regulus menghela nafasnya, "Aku rasa yang Lucius katakan benar. Kau sebaiknya ke–" "Kau tau aku benci tempat itu," segera Lucy potong. Regulus memajukan tubuhnya, membuat jarak antara wajah mereka lebih dekat.
"Itu sudah lama berlalu dan itu bukan salahmu, Lucy," ujarnya dalam bisik.
Tetapi Lucy menarik tubuhnya, menjauhi Regulus sekaligus kata-katanya. Ia menutup buku pelajaran tebalnya dan menatap Regulus kembali dengan dada berdebar-debar sembari menggigit jempol kirinya, "Bisakah kau ingatkan aku? Kenapa Vie bilang aku mencarimu sebelum insiden itu terjadi?"
Regulus menundukkan pandangannya sedikit, namun kedua mata abu-abunya masih menatap Lucy dengan dalam. Kemudian ia tersenyum tipis, "You are always looking for me, don't you think?" alih Regulus membuat Lucy memerah.
Suara kekehan Lucy membuat suasana semi-tegang itu mencair dan Regulus bersyukur dengan hal itu. Sebelum pertanyaan berikutnya berlanjut, Regulus memberikan topik baru, "Kau pikir kita bisa membahas mengenai ramuan yang Sirius buat?"
Ah, jenis ramuan yang belum terpecahkan itu. Tentu tidak penting jika ramuan itu terpecahkan atau tidak, yang penting Lucy bisa menghabiskan waktu bersama Regulus, seorang. "Yeah, aku juga penasaran," bohongnya, "Perlukah kita membaca buku ramuan di daerah terlarang? Aku bisa meminta Slughorn menuliskan surat izin kepadaku," aju Lucy.
Kini, senyum Regulus semakin lebar sembari memamerkan deretan gigi putihnya. Tidak ia sangka memiliki Lucy dalam hidupnya memperudah semua urusannya. Ia mengangguk, "Bagaimana jika kau ambil buku-buku itu dan kita bahas besok malam?" tawar Regulus.
Lucy menggerutu, "Kenapa malam?" Ia benci menghabiskan malam dengan membaca buku pelajaran. Tidakkah saat siang hari lebih menyenangkan? Mereka bisa membacanya di luar asrama dan orang-orang bisa melihat betapa serasinya mereka, terutama Alicia Carrow. Gadis itu harus sadar dengan derajatnya.
"Quidditch," jawab Regulus pendek.
Ah, yeah.. Quidditch adalah hal yang lebih penting dibandingkan dirinya bagi Seeker Slytherin ini. Tidak bisa menolak Lucy mengangguk, "Okay, aku ikut saja denganmu, Seeker," balas Lucy. Dengan begitu, mereka berdua beranjak dari kursi dan hendak kembali ke kamar masing-masing.
"Selamat malam, Lucielle. Jangan paksakan dirimu, kau harus segera pulih," ujar Regulus sebelum pergi.
🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐈𝐓𝐓𝐋𝐄 𝐃𝐎𝐋𝐋𝐈𝐄 ⁞ marauders era 🕊
Fanfiction。゚. ゚. * ・ 。゚。゚. * ・ 𝐋𝐈𝐓𝐓𝐋𝐄 𝐃𝐎𝐋𝐋𝐈𝐄 🕊 ⁞ fem oc x r.a.b x r.j.l 🕊 ⁞ marauders era in which Lucielle falls in love with someone. . . . . . . [ written in Bahasa ] #1 marauders - june '22