43 ~ 𝒍𝒖𝒄𝒚! 𝒘𝒂𝒌𝒆 𝒖𝒑!

833 127 12
                                    



you are reading in REGULUS point of views





Aku tidak peduli dengan teguran dan perintah mereka yang melarangku meninggalkan kastil dan menanyakan alasan apa yang membuatku harus keluar. Itu hal kecil, aku bisa minta tolong Lucius untuk mengurusi hal itu.

Tapi aku harus pergi cepat sebelum terlambat. Aku harus mengetahui keberadaan Lucy karena Alicia bilang dia tidak ada di kamarnya. Ku genggam sapu terbangku dengan erat, menembus dinginnya udara dan salju yang mulai turun.

Shack terlihat tidak jauh dan aku tidak melihat tanda-tanda kehidupan di halaman tersebut. Aku mendarat dan melihat sekitar, menemukan bukti bekas mantra yang mengenai batang pohon terdekat.

Sungguh, aku bisa merasa detak jantungku hilang dan perutku meremas dirinya sendiri, "Lucy!" Pekikku mencoba mencari sosoknya.  Tidak mungkin hal buruk terjadi 'kan? Werewolf bodoh itu pasti tau kalau Lucy adalah adik dari Malfoy 'kan?

Namun pikiranku semakin buruk ketika aku menemukan tetes darah mengarah ke hutan. Tidak, tidak, tidak, tolong jangan biarkan aku melihat sesuatu yang buruk. Dengan nafas terengah-engah aku berlari memasuki perbatasan hutan.

Sangat gelap sehingga aku mengeluarkan tongkatku, "Lumos," bisikku dan mencoba tenang barangkali aku bisa lebih fokus. "Lucy!" Panggilku kembali namun tidak ada jawaban, "God damn!" Umpatku kesal.

Aku tetap memanggil namanya sampai aku berteriak karena menemukan tetesan darah yang lebih banyak. "Lucielle!" Pekikku kembali dan mencoba mengikuti tetesan darah. Selanjutnya bukan tetesan darah, namun tongkat yang aku tau itu milik Lucy.

Hanya tersisa setengah batang.

Kini nafasku semakin terengah-engah karena aku tau kemungkinan buruk akan terjadi sebesar 50% dari peluang yang ada. Sungguh Tuhan, jika memang hal buruk terjadi jangan berikan hal terburuk dari terburuk. Hanya itu yang bisa ku harapkan.

Tentu saja mimpi buruk itu nyata. Aku langsung menghampiri Lucy yang tersandar di salah satu pohon besar dan ia terlihat parah. "Oh, Merlins! Lucielle!" histerisku menemukan Lucielleku dilumuri darah dan luka yang besar.

Lucy tidak menyadarkan dirinya dan aku hanya bisa menangis melihat pemandangan itu. Aku coba goyang-goyangkan tubuhnya yang tidak memberikan respon, kecuali lirikan mata dan wajahnya sedikit tersenyum. Kenapa ia masih bisa tersenyum?!

"Lucy! Wake up, please!"

Jubahku menjadi ikut berwarna merah, sebagaimana baju yang Lucy kenakan sudah menjadi merah. "Lucy, aku mohon sadarlah, aku mohon, Lucy..." pintaku sembari mencoba mengangkatnya.

Suara derap kaki terdengar tapi aku tidak takut dan tidak peduli. Seekor centaur datang menghampiri kami, ia terlihat mengarahkan panah ke arahku namun segera menurunkannya ketika ia melihat wajahku dilumuri air mata dan darah Lucy.

"Werewolf itu sudah pergi," ujar centaur tersebut, "Sebaiknya kau bawa dia untuk diobati. Dia sudah cukup lama terluka, syukurlah seseorang datang."

Aku tidak peduli lagi dan hanya mengangguk. Dengan sisa tenaga yang ada aku rangkulkan tubuh Lucy yang tidak berdaya dan menaiki sapu terbang menuju ke dalam kastil. Aku dekap erat Lucy, aku berikan ia kecupan diseluruh wajahnya.

"Lucy, please stay awake. I'm going to bring Madam Pomfrey to fix you..." pintaku tidak mengetahui apakah Lucy mendengar atau tidak. Entah bagaimana pintu kastil sudah terbuka dan terlihat beberapa guru telah menungguku.

Professor Slughorn terlihat panik ketika melihat Lucy digenggamanku, "Salazar! What happened?!" tanyanya panik begitu juga dengan guru lain. Aku tidak mempedulikannya, aku masih menerobos mereka dengan sapu terbang sampai di Hospital Wings.

Madam Pomfrey berjalan keluar dari suatu bilik dan membantuku menaruh Lucy di salah satu kasur. "Oh, dear!" Hanya itu yang bisa ia utarakan sembari berlari mengambil obat. "Tolong Madam Pomfrey! Tolong! Lakukan sesuatu!" pintaku sembari menangis.

Aku coba genggam tangan Lucy yang masih berlumur darah, dingin. "Lucy," bisikku dekat dengan telinganya, "Aku tau kau kuat, kau akan bisa melewati ini." Lucy masih diam, matanya hanya berkedip dengan lemah yang aku asumsikan ia setuju.

Madam Pomfrey mulai mencoba mengobati Lucy. Baik mantra dan ramuan ia berikan, tetapi darah itu belum juga berhenti. Bahkan beberapa guru ikut membantunya, termasuk Professor Dumbledore. Aku mencoba mengatur nafas dengan memberikan ruangan kepada mereka untuk mengobati Lucy.

Lalu aku melihat pemandangan ganjil, The Marauders ternyata berada di bilik dimana tempat Madam Pomfrey tadi keluar. Aku dan Remus Lupin bertukar pandang, dan ia terkejut melihat diriku dilumuri darah. Sontak ia berlari ke arah Lucy.

Aku hanya bisa menangis dan menghela nafas, tidak peduli jika Sirius melihatku. Memang mereka semua melihatku dengan tatapan terkejut. Jadi aku kembali dekati Lucy dan melihat keadaannya. Hal itu malah membuatku semakin menangis karena semua staff dan guru menangis seakan-akan sadar.

Mereka tidak berhasil menyelamatkan Lucy.

Remus Lupin memeluk Lucy dengan erat, ia mengkaitkan jari kelingking mereka dan aku hanya bisa memandangi Lucy kembali yang matanya terlihat tersenyum walau bibirnya tidak membentuk senyum.

"Lucy, wake up!" Pekikku membuat mata Lucy melirik dengan lemah, "Please, I beg you!"

Lucy hanya memandangiku sesaat, kemudian ia kembali memandangi Remus Lupin yang sama halnya denganku – menangis. Professor McGonagall menutup mulutnya dan memeluk Madam Pomfrey dengan lemah.

"Oh, dear... How could this... happened?" tanya Professor Slughorn yang matanya berair.

Professor Dumbledore hanya dapat menghela nafas dan terlihat tertekejut, "Minerva," panggilnya, "Bisakah kau kirimkan surat kepada Lucius Malfoy mengenai adiknya?" Tanyanya ragu.

Aku hanya bisa berteriak dalam tangis. It is over, my ray of happiness, my future... is already gone. Remus Lupin hanya bisa menyembunyikan wajahnya di leher Lucy, aku tidak suka bagaimana ia memeluk Lucy tetapi aku tau itu yang Lucy inginkan.

Professor Slughorn mencoba menariknya, tetapi pria itu menolak. "Don't touch me!" Bentaknya tidak mempedulikan siapa Slughorn. Aku kembali mendekati Madam Pomfrey, "Poppy, aku tau ada yang bisa kau lakukan," ujarku, "Tolong kau harus mencobanya lagi!"

Madam Pomfrey menggeleng-gelengkan kepalanya, "Aku akan melakukan hal apapun Mr.Black!" Jawabnya, "Tapi kita memang sudah terlambat.." Aku hanya dapat menggeleng-gelengkan kepalaku, "No.. no.. no.." Gumanku dan hatiku terasa panas.

"It's all your fault! It's his fault!"

Kesedihanku berubah menjadi emosi yang hanya dapat ku tuangkan kepada Remus Lupin yang masih tidak mempedulikan cercaanku. Ia masih memeluk Lucy walau wajahnya sudah terlukis dengan darah Lucy.

Semua orang mencoba menenangkanku, tidak ada yang dapat membuatku tenang sampai akhirnya Sirius yang mendekapku dan mengusap kepalaku, seperti dulu saat aku masih kecil dan Ibu memarahiku karena gagal menghafal bahasa Latin.

"Hey, I am here," bisik Sirius dalam dekap, "Your brother is here for you."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐋𝐈𝐓𝐓𝐋𝐄 𝐃𝐎𝐋𝐋𝐈𝐄 ⁞ marauders era 🕊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang