56. Janji Adiva

9 1 0
                                    

Adiva tengah bermain bersama Farah saat Aldebaran turun dari kamar dengan pakaian rapi. Aldebaran mendekati Adiva lalu berbisik, "Ganti pakaian dulu, kita akan berkencan."

Baru saja Adiva hendak membalas saat Fitri menyahut, "Kalian jalan-jalan sana. Cari udara segar!"

Seketika Aldebaran tergelak lalu kembali berkata-kata, "Tuh kan Ibu aja ngerti." Aldebaran menarik tangan Adiva supaya beranjak dari tempatnya. Adiva menghela napas panjang lalu dengan terpaksa naik ke kamarnya meninggalkan Farah bersama Aldebaran.

Selagi menunggu Adiva berganti pakaian, Aldebaran pun meminta Fitri baju ganti untuk Farah. Sebenarnya Fitri melarang Aldebaran untuk membawa Farah turut bersama pengantin baru tersebut. Agar Farah tidak mengganggu waktu mereka berdua. Tapi Aldebaran memaksa mengajak Farah pergi bersamanya.

"Al, emang kita mau ke mana?" tanya Adiva saat Aldebaran memasang helm di kepalanya.

Sebenarnya Adiva merasa keberatan saat Aldebaran lebih memilih menaiki sepeda motor daripada mobil. Adiva masih merasa tak nyaman dan malu jika sampai dilihat orang lain sedang bersama laki-laki meskipun itu Aldebaran, suami barunya. Adiva belum siap menerima tatapan aneh orang lain karena pernikahan keduanya. Apalagi jika sampai bertemu dengan teman-teman Azzam.

"Bernostalgia," jawab Aldebaran dengan santai lalu duduk di tempatnya.

Sebelum menjalankan motor matic yang dikendarainya Aldebaran memastikan Farah telah duduk dengan nyaman di depan. Aldebaran juga membenarkan jaket dan kacamata yang dikenakan gadis kecil itu.

"Pegangan Sayang." Aldebaran menarik tangan Adiva, melingkarkan di perutnya.

"Malu Al," tolak Adiva karena malu seraya menarik tangannya kembali.

Aldebaran mana peduli protes Adiva. Aldebaran kembali meletakkan tangan Adiva di perutnya, memegangnya erat seraya mulai melajukan motor. Untuk menghalau rasa malunya tangan kiri Adiva menutup separuh wajah dengan ujung jilbab yang dikenakannya. Dari spion motor, Aldebaran menatap istrinya yang lebih sering menundukkan kepala sepanjang perjalanan ke luar dari desa. Barulah setelah sampai di jalan raya Adiva melepaskan penutup wajahnya.

Tak butuh waktu lama mereka telah sampai di halaman luas sebuah rumah sederhana bercat putih berpadu cokelat. Rumah yang tentu Adiva kenal dengan baik karena dulu mereka sering berkumpul di sana saat sekolah pulang pagi karena ada rapat atau acara tertentu.

"Ayo, Lutfi udah menunggu kita," ajak Aldebaran seraya membantu melepaskan helm di kepala Adiva.

"Aku bisa sendiri," kesal Adiva karena Aldebaran selalu saja membuatnya merasa malu. Menurutnya perlakuan Aldebaran terlalu berlebihan.

Aldebaran tergelak lalu mencubit dagu Adiva karena gemas. Sebelum Adiva melayangkan protes Aldebaran segera menggendong Farah dan berjalan lebih dulu. Aldebaran lalu mengucapkan salam yang langsung mendapatkan balasan dari dalam rumah.

"Wah pengantin baru datang," ucap Lutfi seraya menyalami Aldebaran. Bersama Adiva, Lutfi hanya mengulas senyuman dengan kedua tangan mengatup di da-da sebagai sapaan. Dulu mereka memang terbiasa saling berjabat tangan saat bertemu tapi sekarang jelas berbeda. Mereka sudah sama-sama dewasa dan mengerti batasan sesuai dengan syariat Islam. Mereka bukanlah mahram yang bisa sesuka hati bisa saling bersentuhan.

Lutfi lalu mempersilahkan mereka untuk masuk. Seraya membuka toples berisi kue kering dan menyuguhkan air mineral gelas Lutfi menatap Adiva dan Aldebaran dengan senyuman lebar. Lutfi sangat bersyukur karena kedua sahabatnya tersebut akhirnya bisa bersatu setelah berbagai ujian berat menerpa mereka.

"Al, kamu serius kan akan terjun secara langsung untuk mengurus bisnis kita?" ucap Lutfi menagih janji Aldebaran.

"Insyaallah setelah urusanku di Jakarta selesai, lagian SK dari kejaksaan kota Jombang belum turun. Jadi nanti setelah wisuda kelulusan pendidikan profesi aku baru balik ke sini," jawab Aldebaran yang membuat Adiva terkejut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 17 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tiga Hati Satu CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang