5. Pesan Dari Aldebaran

176 18 0
                                    


Terkadang waktu seakan membunuhmu dalam ketiadapastian

Seperti sekarang aku menunggu tempatku beredar namun malam tak jua bangun dari lelapnya

Kemarin kucoba mencumbu langit dalam selimut mendung, ia merajuk manja

Dan sekarang kucoba memeluk purnama untuk meredam rinduku

Karena dengan begitu aku mampu menemukan senyummu

Aldebaran Malik

________________&&&_______________

Semester 4 akan segera berakhir dan itu artinya sebentar lagi ia bisa berkunjung ke kota Jombang menemui Adiva, gadis pujaan hatinya. Al sudah tak sabar menunggu waktu yang selalu ia nantikan setiap tahunnya. Hanya 2 kali dalam setahun ia bisa menemui Adiva dan sebentar lagi waktu yang dinanti-nantikan itu tiba.

Kembali Al melanjutkan pekerjaannya mempelajari tugas di Kejaksaan Agung Muda bidang tindak pidana khusus, itulah tugas Al sekarang membantu di bidang itu atas rekomendasi papanya, ia hanya akan datang di jam kosong kuliahnya yakni hari Rabu dan Sabtu. Meskipun niat awal Al kuliah di jurusan Sastra Inggris namun kini ia mulai merasa nyaman dengan fakultas pilihan orang tuanya itu, semangatnya selalu berkobar saat mengingat senyuman Adiva, dan ia akan membuktikan pada Adiva bahwa ia akan menjadi pengacara andal nantinya hingga layak bersanding dengan Adiva.

Al tersenyum menatap layar ponselnya, foto dirinya bersama Adiva saat liburan semester 3 kemarin, senyuman keduanya tampak bahagia. Ia belai layar ponselnya sambil mendesah pasrah merasakan sesak di dada karena kerinduan yang selalu ia rasakan setiap waktu.

"Adiva, I really miss u," desis Al lalu segera memasukkan ponselnya ke dalam saku jaket dan bergegas ke luar kantor setelah berpamitan pada rekan-rekan se kantornya.

"Nomor yang Anda tuju tidak terdaftar."

Kembali Al mencoba menghubungi Adiva, hasilnya masih nihil seperti beberapa minggu yang lalu. Namun Al tak mau menyerah dengan keyakinannya bahwa Adiva akan selalu menjaga hatinya hanya untuknya seorang. Ia genggam ponselnya dengan kuat bersamaan dengan tubuhnya yang sengaja menjatuhkan diri ke atas ranjang.

"Adiva apa kamu juga merindukanku seperti aku yang selalu merinduimu?" Dengung Al pada dirinya sendiri.

"Aa' jadi main ke Jombang?" Tanya Riana mama Al yang tiba-tiba sudah berdiri di ambang pintu lalu berjalan masuk ke dalam kamar Al dengan tersenyum lembut.

"Jadi dong Ma, Al sudah nggak sabar aja nunggu minggu depan," balas Al lalu meletakkan kepalanya di pangkuan Riana yang kini duduk di sisi ranjang.

Dengan tersenyum lembut Riana membelai rambut Al, Riana tidak menyangka putra sulungnya bisa mencintai seorang gadis sampai seperti ini, dulu Riana kira cinta Al terhadap Adiva hanya sebatas cinta monyet ala anak remaja. Namun melihat hubungan Al dan Adiva hingga saat ini anggapan Riana terbantahkan, Riana berjanji dalam hati setelah Al menyelesaikan studi S1-nya nanti ia akan meminang Adiva untuk Aldebaran, putranya.

"Mama dan Papa nitip salam buat calon menantu Mama ya?" ucap Riana yang seketika menerbitkan senyuman lebar di kedua sudut bibir Al.

Al mengangguk dengan mata berbinar, dua langkah sudah ia tapaki, mendapatkan hati Adiva dan restu kedua orang tuanya.

*****

"Hemmm.. Wangi banget sih istriku," bisik Azzam sambil memeluk Adiva yang sedang mengenakan hijabnya.

"Iya dong," balas singkat Adiva sambil mengerling manja ke arah Azzam yang menatapnya dari balik cermin.

"Jadi pingin bolos ngajar deh," ucap Azzam yang seketika membuat Adiva tergelak.

Tiga Hati Satu CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang