Sebelum membaca alangkah baiknya tekan tombol vote terlebih dahulu😊
Setelah itu?
Silahkan membaca😍
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bia berjalan dengan langkah gontai. Pakaiannya sudah tertutupi oleh tepung terigu, sepatunya diambil oleh Angel membuat dirinya pulang dengan kaki telanjang. Sepanjang perjalanan tak henti-hentinya orang-orang mengomel tentang betapa baunya tubuh Bia. Mereka enggan berdekatan dengan Bia sebab bau telur busuk.
Bia berhenti dipinggiran jembatan. Matanya menatap kosong kebawah, tepatnya kearah air sungai. Air yang terkumpul itu terlihat tenang. Bia ingin mencoba, apakah jika dirinya menjatuhkan diri kesana, dia akan mendapat ketenangan juga?
"Kalo gue mati, gak akan ada yang rugi kan?"
"Gue hidup juga buat apa?"
"Ada cuman untuk dicaci maki"
Satu tetes air mata jatuh di pipi Bia. Membayangkan dunia akan tetap berjalan seperti semestinya bahkan jika Bia sudah tak ada. Bia tidak akan meninggalkan siapa-siapa di dunia ini, karena memang tidak akan ada yang merasa kehilangan setelah kepergian Bia.
"Gue bahkan belum tau rasanya disayangi" Bia tersenyum pedih meratapi nasibnya.
Dicintai seseorang adalah hal yang belum pernah Bia rasakan selama dia hidup. Diinginkan, diharapkan, ditunggu dan dibahagiakan adalah sesuatu yang selalu ingin Bia rasakan. Tetapi, kadang di dunia ini banyak hal yang terjadi sangat tidak adil.
"Bukannya mau gue terlahir kayak gini" Lirih Bia disertai air mata yang mengalir.
"Andai gue bisa milih, gue juga pengen cantik, pinter, dan punya banyak keahlian seperti yang kalian milikin"
Takdir memilih seseorang dengan acak. Bia sering bertanya-tanya, kenapa hidupnya seperti ini? Kenapa dia tidak terlahir di keluarga yang menyayanginya? Kenapa dia tidak cantik? Kenapa dia tidak pintar? Kenapa orang lain bahagia? Kenapa harus orang lain yang merasakan kenikmatan dunia? Kenapa bukan dia saja? Kenapa, kenapa dan kenapa.
"Siapa yang bisa gue salahin atas semua yang menimpa gue?"
"Tuhan? Takdir? Atau setan-setan yang nyamar jadi manusia itu?" Bia terkekeh hambar.
"Kenapa harus gue?"
Dan hingga saat ini, Bia tidak bisa menemukan jawabannya. Bia hanya tahu, katanya Tuhan tidak akan memberi cobaan yang tidak bisa diatasi oleh hambanya. Katanya Tuhan memberi banyak cobaan untuk menguji, dan Tuhan tahu bahwa hambanya kuat juga mampu menghadapi cobaan.
Tapi, Bia masih tidak mengerti dimana letak dirinya kuat menghadapi cobaan ini. Bia juga ingin bahagia. Dia tidak mau hanya selalu mendapat rasa sakit. Kapan dia bisa merasakan semua itu?
"Tuhan, engkau salah. Bia gak sekuat itu untuk menghadapi cobaan ini"
Bia menghembuskan napasnya pelan. Air mata malah semakin meluncur deras di pipinya. Napasnya sudah mulai sesak karena terlalu lama menangis. Dia menaiki pembatas jembatan perlahan-lahan. Setelah berhasil berdiri, Bia merentangkan kedua tangannya dengan mata tertutup.
"Gue harap, gue bisa hidup di dunia yang berjalan sesuai dengan keinginan gue"
"Gue harap, kalo gue bisa dikasih kesempatan hidup untuk kali kedua, gue diberi kekuatan buat bales orang-orang jahat itu"
"Gue harap, gue bisa bahagia"
Byur
Tubuh Bia memasuki air sungai yang dalam dan dingin. Dia tenggelam perlahan, tak ada niatan dirinya untuk berenang hingga permukaan. Justru, keinginan Bia adalah tubuhnya jatuh hingga dasar. Mata Bia pun tertutup sempurna.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Holaa👋
Gimana sama part ini? Lanjut kah?
Please akutuh takut cerita ini gak banyak yang suka😭
Semoga kalian sukaa yaaa.... Jangan lupa vote dan komen😊