Sebelum membaca alangkah baiknya tekan tombol vote terlebih dahulu😊
Setelah itu?
Silahkan membaca😍
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seorang pria duduk di kursi kerjanya dengan keadaan gelisah. Dia menerima sebuah amplop coklat yang berisi data diri lengkap dan informasi penting milik seseorang. Sejak pertemuan pertamanya dengan gadis yang mirip dengan Dalia di pesta salah satu rekan bisnisnya, Viktor mencari tahu tentang Peony Oretha. Gadis muda seumuran anaknya yang memiliki paras manis dan imut, terlebih lagi dia mirip seseorang yang Viktor sayangi.
Dibukanya amplop tersebut dengan hati-hati. Jantungnya terasa seperti jatuh begitu saja ketika dia melihat data itu. Kepala Viktor tiba-tiba pening, dia mengerang kesakitan. Bersamaan dengan hal itu, dia meneteskan air matanya. Mulai terisak kecil hingga suara itu membesar dan terdengar hingga satu ruangan. Rasa sedih, lega sekaligus penyesalan bercampur menjadi satu.
Peony Oretha adalah Bia Charise.
Putrinya dari Dalia.
Putri kandungnya.
Putrinya masih hidup.
Viktor memukul dadanya beberapa kali dengan kencang, berharap rasa sesak yang menyelimutinya segera hilang. Namun, bukannya hilang, rasa itu semakin mencekiknya.
"Aku bukan ayah yang baik hiks.. Hiks.."
Fakta bahwa anak kandungnya lebih memilih memalsukan kematiannya demi keluar dari daftar keluarga membuat Viktor merasa sangat buruk. Bia tidak salah. Viktor sadar betul disini dialah yang salah. Dia yang meminta anaknya untuk tidak mengganggu keluarganya. Dia sendiri yang meminta Bia pergi menjauhi keluarganya. Tanpa belas kasih selama bertahun-tahun dia mengabaikan anak kandungnya sendiri. Anak yang harusnya dia rawat dengan baik, membesarkannya, menyayanginya dan melindunginya. Viktor tidak melakukan satupun dari itu.
Pandangan Viktor meredup, dia menatap lurus pintu ruang kerjanya dengan sendu dan menjelajahi kenangan masalalu, tepatnya beberapa tahun ke belakang ketika anak-anaknya masih kecil.
Flashback
Viktor duduk di kursi dalam ruang kerjannya. Suara berisik dari luar mengganggu konsentrasinya, oleh sebab itu dia berdiri dan berjalan ke arah pintu. Dibukanya pintu tersebut, memperlihatkan seorang anak kecil perempuan bertubuh gemuk berusia tiga tahun sedang mengetuk-ngetuk pintu.
Gadis kecil itu mendongakkan kepalanya hingga mata jernihnya terlihat. Dia menatap Viktor dengan raut senang.
"Ayah! Ayah!" Tangannya memegang boneka panda kecil yang sudah tidak bersih lagi.
Viktor menatapnya datar. "Jangan ganggu saya!"
Bola mata jernih tadi terlihat memburam, berkaca-kaca, dan bibirnya mengerucut. "Aku mau main cama ayah."