Sebelum membaca alangkah baiknya tekan tombol vote terlebih dahulu😊
Setelah itu?
Selamat membaca😍
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sejak bertemu dengan Peony tadi, Matta menjadi lebih tenang. Pelukan Peony membuatnya benar-benar merasa nyaman hingga laki-laki itu lupa, saat pulang ke rumah dia akan bertemu ibunya.
"M-mamah?"
Matta terkejut. Saat melangkah memasuki ruang tamu rumahnya, sang ibunda sudah duduk di sofa sambil bersedekap dada.
"Bagus. Lombanya selesai siang hari tapi kamu sampai rumah nyaris malam." Manik tajam milik ibunya membuat laki-laki itu kembali dilanda ketakutan dan kegelisahan.
"Kemana dulu tadi? Kenapa gak langsung pulang? Udah kalah lomba, malah kelayapan!"
Matta menunduk. Lagi dan lagi. Setiap kalah lomba, dia akan dimarahi. Dan ketika menang, bukannya ucapan selamat atau pujian yang didapat, namun perintah untuk mempertahankan prestasi itu.
"Dengar mamah, tidak?"
Matta mengangkat wajahnya. Tentu saja Matta tidak mendengarkan, meskipun begitu dia tetap mengangguk.
"Masuk ke kamar kamu! Mamah sudah memberikan beberapa formulir lomba yang harus kamu ikuti nanti."
Matta segera memasuki kamarnya. Benar. Ada tiga formulir dan brosur tentang perlombaan debat bahasa Inggris dan olimpiade matematika. Matta menghelakan napasnya. Setelah melempar kasar tas sekolahnya, dia merebahkan diri ke kasur. Melihat atap kamarnya dengan pandangan kosong.
"Tega lo, bang. Lo aja gak bisa bertahan apalagi gue?"
"Seenaknya ngelempar tanggung jawab ke gue dan lo pergi sendirian."
"Harusnya lo juga bawa gue."
Rasanya baru tadi Matta merasa senang berada di dekat Peony. Sekarang? Matta harus di hadapi dengan realita pahit lagi.
Laki-laki itu kemudian bangkit dan berjalan ke arah meja belajarnya. Ditariknya laci dibawah meja lalu mengambil sebuah kotak obat dan Matta menenggak dua sekaligus pil itu. Setelahnya dia berjalan ke arah pintu kamar dan menguncinya lalu kembali naik ke atas tempat tidur.
Matta tersenyum lebar. "Gue pengen bahagia."
***
"Piyo?" Panggil Braga. Lelaki itu melihat Peony yang baru turun dari ojol.
"Lo baru pulang?" Tanya Braga sambil menghampiri Peony.
"Lo juga?" Laki-laki yang sedang menenteng helm itu menggaruk tekuk lehernya gugup. "Yaa.. Gitu... Gue abis main sama Xyan-Zeno"