Gadis bertubuh gemuk itu terdorong menabrak sekumpulan kursi. Dia jatuh diatas debu-debu yang menempel di kursi tersebut. Gadis itu menatap orang-orang yang berada didepannya takut-takut.
"K-kenapa? A-apa a-aku ada salah sama kalian?"
Angel, gadis pemilik rambut yang dicat merah dan bertubuh langsing yang tadi mendorong si gemuk terkekeh sarkas. Mata sinisnya menatap tajam korban dari dorongan kasarnya tadi.
"Salah ya?"
"Hmm, guys. Dia salah apa sih? Kasih tau coba!" Gadis itu menoleh kebelakang tepat kearah teman-temannya.
Satu gadis lain yang tadi bersandar pada dinding maju untuk mendekati seseorang yang tengah meringkuk ketakutan. Dia mensejajarkan tubuhnya dengan gadis gemuk itu. Matanya mengkilat sinis. "Sialan lo! Pake tanya salah lo apa?"
Plak
Plak
"Pembohong! Munafik lo! Sialan!"
Plak
Plak
Angel berdecak, dia memutar bola matanya malas saat melihat adegan dihadapannya. "Please, tarik Anya sebelum dia bikin mainan gue babak belur. Gue masih pengen ngomong sama si gembrot itu"
Satu laki-laki yang telinganya ditindik tertawa menanggapi ucapan Angel. "Telat, pipi bakpau si gemrot udah ungu begitu hahaha"
"Minggir, Anya!" Laki-laki yang sedari tadi hanya mengamati untuk kali pertama mengeluarkan suaranya.
Anya langsung berhenti memberi tamparan. Dia bangkit kembali ke tempat semula meskipun dengan rasa enggan.
Si rambut merah menarik kasar rambut gadis gemuk tadi. Matanya memancarkan ketidaksukaan yang sangat ketara. "Jadi lo Xola? Penulis misterius yang terkenal itu?"
Tubuh gadis gemuk itu seketika bergetar hebat. Matanya siap mengeluarkan air mata. Mulutnya tak sanggup mengeluarkan suara saking takutnya. Hanya kepala yang dia gelengkan untuk menjawab pertanyaan gadis rambut merah tadi.
Plak
"Sialan! Lo pikir lagi bohongin siapa hah? Ngaku! Lo penulis itu kan? Karya terakhir lo, ada tokoh yang namanya Bia Charise, itu nama lo. Penggambaran tentang kehidupannya sama kayak hidup lo, suka dibully karena lo gendut, jelek, miskin!"
"JAWAB, BANGSAT!" Bentak lelaki yang telinganya ditindik.
Bia semakin menggelengkan kepalanya, air matanya sudah jatuh melewati kedua pipinya. Cengkraman di rambutnya belum juga terlepas, malah semakin kuat. Bia sangat kesakitan.
"Gue gak nyangka, penulis terkenal itu adalah Bia si gembrot mainannya Angel. Gue merasa terharu, loh"
"Asal lo tau, gue itu pembaca setia karya-karya lo. Gue fans lo. Kenapa lo gak pernah bilang Xola itu lo, hm?"
"E-enggak A-angel" Bia berusaha memberi pembelaan. Sekuat tenaga dia memberanikan diri untuk mengeluarkan beberapa patah kata.
"Enggak apa? Jadi selama ini, lo selalu pengen bales dendam sama kita-kita yang udah bully lo? Iya?"
Plak
Plak
Bugh.. Bugh.. Bugh
"NGOMONG! JANGAN DIEM AJA, LO GAGU?"
"Selain jelek, miskin, gendut, goblok, lo juga gagu? Lengkap banget deh" Anya terkekeh melihat Bia.
"Seandainya gue gak baca buku yang lo rilis kemarin itu, gue gak akan tau penulis Xola itu lo. Sialan!"
"A-aku g-gak.."
"Heh, gembrot. Angel belum nyuruh lo ngomong! Berani banget lo nyela ucapan Angel" Anya menendang kuat kaki Bia.
"Leon, lo harus tau, si gembrot ini bilang di ceritanya, kalo dia pengen bales dendam sama kita-kita lewat lo. Dia mau ngegoda lo terus hancurin geng kita" Angel menatap tajam wajah Bia. Nada bicaranya sangat sinis dan dia juga sekilas tadi melirik Leon yang masih terdiam di pojok ruangan.
"Lo? Cewek kayak lo mau bales dendam sama kita? Mau godain Leon? Hahaha... MIMPI!" Garvin mendorong kasar kepala Bia hingga memaling ke samping. Dia tertawa terbahak-bahak.
Leon mendekati Bia. Dia mengangkat pelan dagu Bia dengan tangan kanannya. Sedetik kemudian Leon mencengkram dagu itu kuat. "Gue gak gila. Gak mungkin gue mau sama manusia kayak lo. Bahkan babi pun ogah berhubungan sama lo!"
"Mimpi lo kebangetan. Cewek jelek, gendut, dekil terus miskin kayak lo itu cuman penuh-penuhin oksigen di bumi. Kenapa gak mati aja sih?"
"Gue setuju sama Anya. Udah gak ada gunanya lo hidup, kenapa lo makin bertingkah? Tujuan lo nulis gituan apa coba?" Garvin berseru. Dia berkacak pinggang sambil menatap Bia dengan risih.
Leon menghempaskan dengan kasar dagu Bia. Dia berdiri. Kedua tangannya dimasukan dalam saku celana. Hal itu tak luput dari pandangan Bia. Sumpah, demi apapun yang paling Bia benci diantara setan-setan itu adalah Leon.
Ketua osis di sekolahnya yang selalu menjadi kebanggaan guru-guru. Pintar, berprestasi dan tampan. Leon adalah idola kaum perempuan di sekolahnya. Tidak dengan Bia. Baginya, Leon hanya manusia munafik yang bersembunyi dalam topeng berwujud orang baik.
Leon selalu membantunya di sekolah, didepan guru-guru dan murid lain membuat para murid perempuan semakin membencinya karena Bia dianggap tidak pantas berdekatan dengan Leon. Tapi, dibelakang mereka semua, Leon selalu ikut andil dalam membully Bia bersama gengnya. Leon yang terburuk.
Angel mulai kehilangan kendali ketika Bia tak berhenti menatap Leon. Dia menarik tubuh Bia dan memukulinya secara membabi buta. Kakinya tak henti menginjak-injak tubuh Bia. Sedangkan, teman-temannya hanya tertawa merasa terhibur dengan adegan itu.
Seakan tak ada habisnya menyiksa Bia, Anya melemparkan beberapa telur busuk ke area wajah dan kepala Bia. Lalu Garvin datang untuk menaburkan terigu yang dia bawa beberapa saat lalu keatas tubuh Bia yang sudah babak belur.
Mereka tertawa. Suara-suara tawa laknat itu memenuhi seluruh ruangan. Membuat Bia tambah sesak dan sakit. Inginnya melepaskan diri dari setan-setan itu, tetapi Bia tidak punya keberanian, dia juga tak tahu cara bagaimana agar mereka berhenti.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.