Sebelum membaca alangkah baiknya tekan tombol vote terlebih dahulu😊
Setelah itu?
Selamat membaca😍
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Matta menunggu Peony di depan toilet. Dia sudah memanggil Gisel untuk membantu membersihkan tubuh Peony yang terkena telur serta tepung. Beberapa saat kemudian, Peony selesai. Rambutnya basah sepertinya habis di keramas. Dia tersenyum tipis melihat Matta masih menunggunya.
"Makasih." Ucapnya.
"Sialan! Gue bales tuh si kucing garong sama babu-babunya!" Gisel mencak-mencak ditempat. Dia kesal saat mendengar penjelasan dari Matta. Pantas saja ketika sampai di kelas ketiga setan itu tidak ada.
"Gue bakal lapor ke guru bk." Ucap Matta yakin.
"Gak perlu. Gue bisa bales dia dengan cara lain." Mungkin.
Gisel terlihat tidak setuju dengan ucapan Peony. Dia ingin protes namun Peony segera menjelaskan. "Hukuman dari guru gak berpengaruh apa-apa untuk dia. Gue bisa kasih dia hukuman yang bikin mentalnya jatuh."
Gisel berseru senang. "Gue suka gaya lo! Ajak gue kalo bikin rencana."
Matta sendiri hanya diam. Dia tidak terlalu peduli dengan Cath sebenarnya, tapi Matta sangat mengkhawatirkan Peony. "Lo gak apa-apa?" Tanya Matta. Dia tidak percaya jika Peony bilang dirinya baik-baik saja. Masih melekat di ingatannya bagaimana tubuh Peony bergetar hebat karena dibully.
"Udah lebih baik." Jawab Peony tenang.
"Yaudah, ke uks aja ya?"
"Gue mau masuk ke kelas."
"Nanti lo ketemu si kucing garong!" Gisel menyela percakapan antara Matta dan Peony.
"Gue gak mau bolos kelas mulu. Udah cukup bego, kalo jarang belajar makin bego gue hehe.." Peony terkekeh kecil di ujung kalimatnya.
Akhirnya Matta hanya bisa menghelakan napasnya dan mengikuti keinginan Peony. Di jalan, langkah mereka terhenti karena Xyan langsung mendorong Gisel ke pinggir lalu menarik tubuh Peony mendekat padanya.
"WOY! SANTAI DONG!" Tubuh Gisel sedikit terbanting ke tembok berkat Xyan.
"Lo gapapa? Dia lukain lo di bagian mana? Ada yang sakit gak?" Tanya Xyan bertubi-tubi. Tangannya menyentuh kedua pipi Peony dan menatapnya khawatir. Tak sadar atau tidak peduli dengan kehadiran Gisel serta Matta yang turut melihat tingkahnya.