Hola👋
Sebelum membaca alangkah baiknya tekan tombol vote terlebih dahulu😊
Setelah itu?
Selamat membaca😍
Peony melangkah dengan percaya diri melewati koridor. Banyak murid memandangnya sinis tak lupa melontarkan sindiran kasar serta umpatan. Tapi, hal itu tak mengusik Peony sama sekali. Dia terlihat tenang dan santai.
"Piyoooo" Hanya Gisel yang menyambut kedatangannya. Peony tersenyum tulus. Merasa benar-benar beruntung bisa berteman dengan Gisel.
Cath tersenyum sinis ketika Peony duduk di kursinya. "Gatau malu banget lo, masih ada muka dateng ke sekolah setelah ketauan nyuri"
"Dih, bacot lo" Gisel langsung membalas ucapan Cath.
"Diem deh lo, kaki tangan pencuri!" Beryl mulai ikut campur.
"Gatau malu emang" Ucap Aca yang masih menyimpan dendam pada Peony.
Peony menarik senyuman segaris yang terlihat enggan. "Gak perlu malu, toh udah kebukti bukan gue yang nyuri"
"Sialan lo-.."
"Cath!" Braga menyela ucapan Cath. Dia melangkah mendekati dua gadis itu. "Gak bisa apa sehari aja lo gak bikin ulah ke Peony? Dia salah apa sih sama lo?"
Cath tertawa. Melihat Peony dengan sorot kagum lalu bertepuk tangan setelahnya. "Sumpah? Apa yang lo lakuin ke Braga? Kenapa dia jadi gini? Lo ngasih badan lo ya ke dia?"
"Cath!"
Plak
Peony menampar Cath hingga kepalanya menoleh ke samping.
Semua orang dibuat hampir menahan napas.
Cath memegang bekas tamparan itu dan menatap Peony tak percaya. Berani sekali gadis itu menyakitinya? Baru kali ini. Dan demi apapun Cath bersumpah akan membuat Peony menyesal karena bermain-main dengannya.
"Jaga omongan lo! Selain tukang bully lo juga tukang fitnah ya? Semua yang mulut lo keluarin itu sampah doang. Bener-bener racun,"
Peony menatap tajam Cath. "Lo gak sadar apa? Ucapan seseorang bisa jadi senjata untuk ngebunuh. Lo gatau apa yang mulut lo ucapin bisa berakibat apa ke orang?" Peony mendorong-dorong bahu Cath dengan telunjuknya hingga tubuh Cath mundur sampai menyentuh meja belakangnya.
"Ini gue. Mungkin gue lawan ucapan lo itu dengan tamparan. Tapi bayangin kalo itu orang lain? Lo ngomong gak pake akal, seenaknya fitnah orang terus menggiring opini publik. Akibatnya orang-orang mulai ngebully tanpa sadar karena mereka ikut ngehina dan kemakan hasutan lo. Kalo itu bukan gue, mungkin orang itu udah mati bunuh diri karena mulut beracun lo, Cath."