Sebelum membaca alangkah baiknya tekan tombol vote terlebih dahulu😊
Setelah itu?
Selamat membaca😍
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Brakk
Suara gebrakan pintu mengalihkan atensi Zeno dan Xyan yang tengah bersantai sambil merokok di ruangan khusus yang mereka bangun di sekolah. Hal itu didapatkan karena Zeno merupakan anak dari pemberi donatur terbesar pada sekolah. Alasan yang sama membuat Zeno berlaku sesukanya di sekolah.
Xyan menatap tajam Cath. Terkejut mendengar pintu terbuka secara kasar padahal di dalam, dia sedang menikmati kesunyian. Berbeda dengan Zeno, dia menatap Cath santai. Satu alisnya dia naikan untuk mencari tahu alasan apa dibalik wajah masam dari kekasihnya itu.
"Lo harus kasih pelajaran sama dua anak buah lo! Matta dan Braga, mereka gak mau lakuin perintah gue. Terutama si Braganjing!"
Zeno bangkit dari duduknya mendekati Cath. Masih dengan tangan yang setia memegang rokok. "Kenapa?"
"Braga belain jalang sialan yang tadi pagi cari masalah sama gue. Bahkan tadi di kelas, jalang itu nampar gue!"
Zeno diam. Mempertahankan raut datarnya meskipun dalam hati dia sempat terkejut mendengar kabar bahwa Cath ditampar seseorang. Lumayan sekali nyali orang itu.
"Dan Matta, dia ngeselin! Gak mau tau lo harus kasih pelajaran sama mereka."
Zeno mengangguk singkat. Tak tahu akar permasalahan Cath dengan murid baru itu, tetapi melihat bagaimana Cath dibuat sangat kesal dan emosi sepertinya keributan tadi pagi berlanjut di kelas.
"Emang lo nyuruh apa ke Matta?" Tanya Xyan. Dia tampak tertarik untuk tahu lebih banyak alasan Cath kesal saat ini. Tadi pagi, Xyan melihat wajah murid baru yang menantang Cath. Pikirnya karena masih baru, gadis tadi tidak tahu kedudukan Cath di sekolah ini. Tapi, melihat bagaimana Cath mengadu pada Zeno tentang Braga dan Matta yang membela gadis tadi membuat Xyan penasaran apa yang dilakukannya sampai membuat Cath frustasi seperti itu.
"Gue nyuruh dia bawa tuh cewek ke gudang, dia gak mau!"
Suara cempreng milik Cath memenuhi isi ruangan. Xyan sampai harus menutup telinganya karena tidak tahan.
"Braga, dia lindungin cewek itu! Kesel gue!"
"Oh iya, pas pagi juga dia lindungin murid baru itu kan? Mereka kenal?" Tanya Xyan. Dia mengalihkan pandangan pada Zeno bermaksud bertanya tentang hubungan antara Braga dan gadis itu.
"Mungkin salah satu cewek yang jadi incaran dia" Bukan Zeno yang menjawab tetapi Cath.
"Terus kenapa gak lo lawan? Biasanya juga lo paling bringas soal ngebully orang" Saut Xyan. Sepak terjang seorang Cathleen di dunia perbullyan tidak bisa diragukan lagi. Soal merundung, dia jagonya. Tapi kini Cath terlihat seperti anak kecil yang merengek pada orang tuanya karena tidak berhasil membalas kenakalan anak lain terhadapnya.