Sebelum membaca alangkah baiknya tekan tombol vote terlebih dahulu😊
Setelah itu?
Selamat membaca😍
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pagi ini berbeda dengan pagi-pagi sebelumnya. Karena Zeno sang pentolan sekolah beserta motor kesayangannya sudah hadir di sekolah. Banyak murid yang memang datang pagi terkejut melihat Zeno duduk di atas motornya sambil memainkan ponsel. Hampir dua tahun Zeno bersekolah disini, belum pernah terlihat dia datang ke sekolah tepat waktu. Bahkan ketika masa orientasi siswa saja Zeno terlambat. Namun, lihatlah sekarang! Entah apa alasan yang mendukung lelaki itu datang pagi-pagi ke sekolah.
Beryl baru saja turun dari mobil pribadinya mengerjapkan matanya berkali-kali untuk memastikan pengelihatan. Benar. Itu Zeno. Wah, apakah dia kerasukan setan rajin?
"Zeno!" Panggil Beryl seraya menghampiri lelaki itu.
Zeno tak menanggapi. Dia hanya mengangkat wajahnya sekilas lalu fokus kembali pada layar ponselnya. Beryl mendengus kesal. Selalu saja seperti ini pikirnya, Beryl selalu berusaha mendekatkan diri pada anggota geng elite sekolah itu tapi tidak pernah membuahkan hasil. Bahkan dirinya rela menjadi kacung Cath hanya untuk bergabung dengan kelompok itu. Zeno si ketua tidak mau repot-repot menanggapinya atau bahkan menganggapnya ada ketika mereka bersama. Xyan dan Matta juga selalu sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing. Lalu Braga? Kadang dia hanya bertanya ketika butuh saja. Hanya Cath yang akan mengajaknya bicara, itupun karena dia sedang memerintah Beryl.
"Tumben lo baru dateng."
"...."
"Nungguin Cath?"
"...."
Beryl kembali mendengus. Dia melihat ke sekitar takut ada yang melihat dirinya sedang diabaikan Zeno. Untung saja, murid lain tidak terang-terangan memperhatikan Zeno karena takut.
"Yaudah, gue ke kelas duluan."
"...."
Dalam perjalanan Beryl mengetikkan sesuatu di ponselnya lalu mengirim chat tersebut pada Cath.
Waktu sudah semakin siang dan murid-murid mulai banyak berdatangan. Zeno celingak celinguk mencari seseorang yang dia tunggu-tunggu sejak tadi.
"Zeno?"
Lelaki yang dipanggil namanya lantas menoleh dan mendapati Matta sedang menatap dengan raut terkejut yang tidak disembunyikan.
"Lo Zeno?"
"Menurut lo?"
"Lo udah dateng? Sejak kapan? Jam berapa?"
Zeno berdecak mendengar rentetan pertanyaan dari Matta. Memang apa salahnya datang pagi? Datang terlambat salah, datang tepat waktu mereka malah terkejut.