Sebelum membaca alangkah baiknya tekan tombol vote terlebih dahulu😊
Setelah itu?
Selamat membaca😍
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Peony tak tahu bahwa dunia novel seluas dan selengkap itu. Dia memperhatikan sekelilingnya, semua orang yang berlalu-lalang, apakah mereka sadar bahwa kehidupan mereka ini tidak nyata?
Peony dan Matta baru selesai membeli bahan-bahan untuk tugas praktek. Kini mereka memasuki toko buku karena Peony bilang dia ingin melihat-lihat.
Peony berjinjit karena letak buku yang diinginkannya tinggi. Matta terkekeh geli melihat gadis itu melompat-lompat kecil kesusahan. "Pendek sih," Ledek Matta.
Peony berdecak. "Sombong banget yang tinggi."
"Mau buku yang mana? Biar orang tinggi ambilin,"
"Yang sampulnya warna merah itu, mohon bantuannya orang tinggi,"
Keduanya sama-sama terkekeh menertawakan kerandoman mereka. Matta dengan mudah mencapai buku tersebut lalu memberikannya pada Peony.
"Selera buku lo bagus." Puji Matta saat Peony mengambil salah satu buku novel terjemahan.
"Lo tau, novel ini?" Tanya Peony.
Matta mengangguk. "Gue udah baca dan punya semua serinya" Ucap Matta dengan bangga.
Peony tertarik pada pembicaraan ini. "Jarang ada anak muda yang suka cerita ini kecuali dia emang penggemar novel-novel klasik."
Hal yang baru di ketahui oleh Peony tentang Matta. Karena dia tidak pernah merasa menulis bahwa salah satu tokoh ini menyukai membaca buku-buku selain buku pelajaran tentunya.
"Gue pengen jadi penulis." Ujar Matta tiba-tiba. Dia terlihat senang memegang buku-buku yang berjejer di rak.
"Pasti bangga saat nama lo di cantumin dalam sebuah buku karya sendiri."
"Gue pikir lo mau jadi jaksa.." Setahu Peony, tujuan Matta belajar keras adalah untuk menggapai cita-citanya menjadi jaksa nomor satu di negrinya.
"Dari mana lo tau soal itu?"
Peony langsung tersadar dia keceplosan. "Emm itu, yaa.. Kan.. Siapa sih yang gak tau soal keluarga lo yang berkecimpung di dunia hukum? Nyokap lo jaksa, bokap lo hakim.. Dan.. Gue pikir lo bakal ikutin salah satu jejak orang tua lo.. Hehe"
"Gitu ya menurut lo?"
Peony mengangguk singkat. "Tapi, lo bilang cita-cita lo jadi penulis."
"Memang. Cita-cita gue penulis, yang punya cita-cita jadi jaksa itu kakak gue."
Peony membelalakkan matanya. Sejak kapan Matta punya kakak? Dia itu anak tunggal! Kenapa Peony tidak tahu? Dia kan penulisnya!