Hola👋
Sebelum membaca alangkah baiknya tekan tombol vote terlebih dahulu😊
Setelah itu?
Selamat membaca😍
Matta sibuk mengerjakan soal-soal yang ada di hadapannya. Saat ini dia sedang berada di sebuah kafe, setelah beberapa menit lalu baru saja beres les, Matta tak langsung pulang ke rumah. Dia sudah memberitahu ibunya bahwa dia akan belajar di kafe jadi dia merasa sedikit tenang ibunya tak akan marah jika dirinya pulang terlambat.
"Matta!"
Laki-laki yang dipanggil namanya itu mendongak. Sungguh, rezeki anak soleh. Matta tersenyum melihat Peony yang menyapanya tadi.
"Buset, anak ambis emang beda yaa.. Nongkrong di kafe juga sambil belajar." Ucap Peony sesaat setelah dirinya duduk di hadapan Matta.
"Cuman ngulang materi yang di ajarin tadi sama ngerjain sedikit latihan soal, kok." Balas Matta dengan nada lembut.
"Cuman? Iya terserah deh." Peony mengangguk saja. Matta yang melihat itu tersenyum tipis.
"Sendiri aja ke sini?" Peony mengangguk. Tadinya ingin pergi bersama Hades, tapi lelaki itu menolak karena ada urusan katanya.
Setelah memesan minuman, Peony membuka-buka buku paket dengan tak minat. "Lo ikut lomba lagi ya?"
"Iya." Jawab Matta.
"Baru juga kemarin lomba, udah ikutan lagi aja. Gak capek?"
Matta tersenyum. "Gue udah cukup istirahat. Gue belajar juga buat menangin lomba, biar nyokap seneng."
"Lomba-lomba sebelumnya juga lo menang. Apa nyokap lo seneng?" Pertanyaan Peony membuat Matta terdiam. Jawabannya jelas saja tidak. Ibunya tidak pernah terlihat senang, tak pernah memuji dan hanya menyuruhnya untuk belajar lagi serta pertahankan nilainya.
"Lo tau? Gue suka di puji bukan karena haus perhatian. Tapi, gue butuh diakui. Gue pengen orang hargain usaha gue. Dan kayaknya lo juga sama." Peony tersenyum. Dia tahu bahwa ibu Matta adalah tipikal orang tua toxic yang selalu menekan anaknya untuk menjadi lebih baik lagi dan lagi.
"Orang-orang taunya lo ramah, murah senyum dan baik. Tapi, senyum lo gak keliatan kayak orang yang lagi bahagia."
"Lo senyum cuman buat kasih tau orang-orang bahwa lo masih bisa tahan. Tapi lo gak baik-baik aja."
Matta menunduk. Dia meletakan pensil yang dia pegang tadi ke atas meja. "Gue juga mau dipuji. Karena orang tua gue cuman akan memuji ketika gue berhasil capai target mereka."
Peony pindah ke kursi sebelah Matta lalu mengusap lembut rambut laki-laki itu. "Lo di lahirin ke dunia ini untuk ada, bukan untuk jadi sempurna."
"Gapapa untuk gak selalu dapet nilai bagus. Gapapa juga kalo lo gak pandai dalam ngelakuin satu hal. Karena manusia gak ada yang sempurna."