Sebelum membaca alangkah baiknya tekan tombol vote terlebih dahulu😊
Setelah itu?
Selamat membaca😍
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di bawah guyuran air yang mengucur dari shower, Peony duduk terdiam menatap kosong. Membiarkan tubuhnya basah kuyup meskipun kepalanya sudah pusing dan tubuhnya bergetar kedinginan. Tidak sakit menurut Peony. Rasa sakit itu tertutup oleh bayangan-bayangan dirinya saat dirundung di sekolah. Peony pikir dia sudah cukup kuat. Sudah lepas dari jeratan ketakutan yang selama ini membelenggu dirinya. Peony pikir dia sudah berani. Tapi, ternyata masih ada sisa-sisa ketakutan.
Putaran kejadian di sekolah siang tadi masih ada di pikiran Peony bagaikan kaset rusak. Ditambah ingatannya dulu saat menjadi Bia kembali terlihat. Yang bisa Peony lakukan hanya diam, membiarkan dirinya kesakitan dengan harap, jika pingsan nanti dia bisa melupakan ingatan itu.
Air yang tadinya membasahi tubuh Peony seketika berhenti. Namun, tak juga membuat Peony kembali pada kewarasannya. Hades berjongkok di depan Peony. Tangannya dengan lembut membawa kepala Peony masuk dalam dekapannya.
"Bagus. Lo udah cukup berani" Sambil mengelus puncak kepala Peony, Hades menggumamkan kalimat-kalimat semangat.
Peony tidak menanggapi ucapan Hades, tapi hatinya jelas menghangat ketika Hades datang dan memeluknya. Peony kembali pada alam sadarnya. Dia menatap tepat manik Hades. Demi Tuhan, Peony sangat bersyukur bertemu dengan Hades. Walau dia tak tahu apa-apa tentang laki-laki itu, Peony tidak masalah. Selama ada satu orang yang setia berada di sisinya dalam keadaan apapun, Peony tidak keberatan.
Hades menuntun Peony keluar dari kamar mandi. Sekarang mereka berdua duduk di sofa. Hades menggosok-gosokan handuk pada kepala dan rambut Peony. Dia tidak bertanya alasan Peony melakukan hal kekanakan seperti tadi, Hades tidak bertanya apa yang terjadi sebenarnya. Hades hanya diam sambil memberikan perhatiannya pada Peony. Seolah dirinya tak butuh penjelasan, seakan-akan Hades tahu tanpa Peony beri tahu sekalipun.
Peony menatap Hades lekat. "Katanya tokoh utama cewek disebuah cerita itu, menggambarkan karakter atau cerita asli dari si penulis. Mangkanya para penulis perempuan selalu punya cara untuk menyiksa pemeran utama perempuannya"
Tangan Hades berhenti. Dia ikut menatap Peony. Kontras dengan cara berpakaiannya yang urakan dan wajah tajamnya, Hades tersenyum lembut ke arah Peony. "Iya, kah?"
"Tapi, itu katanya. Gue sendiri selalu bikin karakter dan kisah pemeran utama cewek berbeda dari kehidupan asli gue"
"Kenapa?" Hades bertanya. Sekarang dirinya tengah menyampirkan selimut untuk menutupi tubuh basah Peony.
"Karena di dunia nyata gue gak bahagia, jadi di dunia fiksi gua mau bahagia"