Saat itu Leon masih kelas dua Smp. Dia pulang sekolah dalam keadaan riang setelah berhasil memenangkan lomba. Niatnya ingin pamer pada kakaknya dan mendapat pujian dari kedua orang tuanya, terpaksa harapan itu patah ketika dia melihat kondisi keluarganya kacau. Leon berdiri di dekat pintu masuk, melihat bagaimana ibunya yang duduk di sofa sedang menangis tersedu-sedu. Kakaknya mengamuk, menghancurkan banyak barang yang ada disekitarnya dan ekspresi wajah rumit milik ayahnya. Kenapa? Ada apa?
Leon masih muda saat itu, dia belum mengerti situasi yang terjadi. Besoknya, sang kakak pergi dari rumah, ibunya mengunci diri di kamar dan ayahnya jarang pulang ke rumah. Leon sendirian. Keadaan rumah terasa begitu dingin baginya dan hal itu berlanjut hingga dia terbiasa. Leon mulai kehilangan kehangatan keluarganya, seolah hanya peduli urusan masing-masing mereka jarang berkumpul.
Satu tahun terlewati. Tepat pada hari pertama dia memasuki sekolah menengah atas, ibunya memutuskan untuk bunuh diri. Kakaknya yang telah pergi meninggalkan rumah segera pulang. Dan saat itu lah rumah kembali ramai. Yang Leon dengar, ibunya menelan banyak pil hingga membuatnya overdosis obat penenang. Dia baru tahu bahwa ayahnya selingkuh dan memiliki anak dari wanita lain. Ayahnya yang menurutnya gila, berbicara pada dia dan kakaknya di malam hari, "Karena mamah kalian sudah tiada, papah memutuskan untuk membawa anak papah agar tinggal bersama kita semua."
Emosi kakaknya langsung pecah. Dia kembali mengamuk dan memaki ayahnya. Sedangkan Leon hanya diam, rasanya sakit saat dia masih berduka tetapi ayahnya malah membahas anak dari hasil hubungan haramnya.
Suatu hari, kakaknya datang ke sekolah Leon untuk menjemputnya. Dia menunjuk satu siswi yang sedang berjalan keluar melewati gerbang. "Dia, dia penyebab keluarga kita hancur."
Sejak saat itu Leon selalu memperhatikan gadis yang ditunjuk kakaknya.
"Leon! Tungguin gue dong!" Angel-gadis yang selalu merecoki hidupnya. Dia terobsesi untuk menjadikan Leon miliknya.
Leon berhenti berjalan. Dia melihat Bia sedang duduk di kursi taman sambil memakan bekalnya. "Angel," Panggil Leon.
Angel yang kegirangan karena Leon memanggil namanya segera bertanya, "Apa? Kenapa?"
"Lo bilang, lo suka gue." Angel mengangguk dengan semangat.
"Kalo lo berani bully cewek itu sampai dia gak betah ada di sekolah ini, gue akan jadikan lo pacar."
Dari situlah semuanya berawal. Angel memanggil teman-temannya untuk membully Bia. Setiap hari. Leon awalnya bersikap baik pada Bia, namun semakin lama dia menunjukan tujuan aslinya pada Bia.
"Mata gue sakit setiap liat lo berkeliaran di area sekolah. Uang yang dipake untuk biayain lo harusnya bisa untuk sesuatu hal yang lebih berguna lagi." Ucap Leon dengan sinis. Dia menatap jijik Bia yang terduduk di tanah dengan seragam basah akibat perbuatan Angel dan teman-temannya.
"Manusia gak berguna, untuk apa lo hidup?" Leon menatap tajam Bia. Gadis itu, dia menatap Leon dengan ekspresi penuh kesedihan.
Deg,
Kenapa rasanya sakit? Melihat Bia menderita adalah mimpinya, tapi saat menatap matanya yang berkaca-kaca, Leon malah ingin memeluk gadis itu.
Mungkin Bia tidak tahu, orang lain pun sama. Tapi, Leon sudah menjadi pembaca setia novel-novel buatan Bia tanpa terlewat satu pun. Gadis itu memiliki bakat, pikirnya.
Hari bertambah, bulan bertambah, dan sudah hampir dua tahun dia dan teman-temannya membully Bia. Entah mungkin karena hari itu mereka membully Bia secara berlebihan, Leon dengar Bia melompat ke dalam sungai. Dia mencoba bunuh diri.
"Dan yang bikin gue kesel, kenapa dia gak mati aja sih? Harusnya dia gak usah diselamatin. Biar tubuhnya hilang di dalam sungai." Ucap Anya sang pembawa berita.
![](https://img.wattpad.com/cover/292588536-288-k240847.jpg)