chapter 2

14.9K 1.1K 65
                                    

2. Reza dan Sahabatnya

***

Reza menyelusuri koridor dengan tatapan yang fokus kedepan, sesekali menoleh pada teman-temannya yang sedang bergurau, mereka memang tidak kenal tempat untuk becanda.

"Kiw.. cewek," goda Chaka pada adik kelas, sedangkan adik kelas yang digoda oleh Chaka hanya tersenyum tipis.

"Buaya," kekeh Damar.

"Buayaan lo kali, Mar. Ganti terus pacarnya, mana goodlooking semua lagi," tutur Naren yang sedang mengemut lolipop milk*t* yang diambil dari rumahnya.

"Secarakan gua cakep, jadi harus dapetin yang cakep juga," balas Damar mempede.

"Najis Damar mandang fisik," tukas Ardan yang dari tadi menyimak akhirnya angkat suara.

"Yaelah, Dan. Bukan apa-apa, munafik kalau cowok gak mandang fisik, orang cewek aja mandang fisik, kok."

"Harusnya tuh hatinya dulu, baik gak tuh, jangan karena cantiknya doang," ucap Naren.

"Bener nih kata ade gua, beuh didikan Umi gak gagal ya, Nak," kekeh Ravin dan dibalas delikan sinis oleh Naren.

"Memperbaiki keturunan anjir," balas Damar keukeuh.

"Memperbaiki keturunan sih iya, tapi gak memperbaiki akhlak mah ngapain," kekeh Chaka.

"Lo ngomong gitu kayak akhlak lo baik aja, inget nilai agama lo remidi terus," balas Damar sedikit sewot.

"Rimidi karena gua nyalin dari lo, sesat," gerutu Chaka.

"Udah deh, lo berdua kan emang minim akhlak. Bisanya ngelakuin dosa terus," ucap Naren.

"Makanya, lo harus cari cewek yang berakhlak biar akhlak lo bisa kebantu baiknya.." jelas Chaka.

"Jangan mandang fisiknya doang, tapi gak munafik gua kalau liat cewek yang diliat mukanya heula" lanjut Chaka dengan kekehan khasnya.

"Serah. Lo taunya yang good lookingnya doang, tanpa tau tuh ketulusan seperti apa," jelas Ardan.

"Yaelah, Dan. Gini-gini kita gak mandang fisik doang anjir, gua cari cewek baik yang tulus hatinya juga," balas Damar tak nerima disebut cowok yang mandang fisik.

"Udah bacot! Tau apaan sih soal ketulusan," tukas Reza.

"Tau tuh, sejarah aja masih remidi udah ngurusin soal cinta aja," kata Naren.

"Lo bocil diem, anteng aja noh ngemut permen kesukaan lo itu," sewot Chaka.

"Beliin ya, Mar?" kekeh Naren menoleh pada Damar.

Damar hanya bisa menghela nafas, sudah biasa diporotin oleh Naren.

"Ihh beliin, Mar?" Damar mengangguk.

"Salto dulu gih," suruh Damar.

"Ravin.." rengek Naren.

"Lo jangan macem-macem!" kesal Ravin pada Damar.

"Ya dah kebela terus sama Abangkenya."

***

Jam istirahat sudah tiba, Reza lebih memisahkan diri dengan sahabat-sahabatnya yang langsung bermain volly dilapangan.

Reza hanya mengamati mereka yang bermain tanpa beban, terlihat mereka memang bahagia, dan saling membahagiaan seperti teman pada teman sebayanya. Namun, kita gak pernah tahu sisi kesedihan dari masing-masing orang, bukan?

"ZA AYO!" teriak Ardan, Reza menggelengkan kepalanya.

"Ntar!" ucapnya dan Ardan melanjutkan main volly kembali.

Alvrenza Shaqeel || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang