44. Cerita masa lalu
***
Reynand hanya bisa terdiam membisu melihat tubuh adiknya dipapah oleh sahabatnya. Reza menolak Reynand untuk dipapah, dan memilih Rio.
"Apa yang gua perbuat selama ini?" lirih Reynand.
"Maaf, Kak. Ini handphone kakak yang tadi ketinggalan didalam," ucap seseorang yang mungkin anak yang punya warung ini.
"Ah iya, makasih ya.." Ana itu mengangguk dan kembali kedalam.
Reynand menatap handphone itu, cassingnya sangat polos dan hanya ada coretan nama 'alvrenza shaqeel' sangat kecil dibagian bawah.
"Beneran punya Reza," gumam Reynand.
Ada kesal yang Reyband rasakan dan kenapa bisa Reza menyimpan asal barang berharganya itu.
Reynand menghidupkan hp itu, Reynand sedikit kaget karena hp itu tidak dimasuki password.
"Teledor banget."
Bukan bermaksud membuka privasi orang, hanya saja Reynand merasa berhak untuk melihat isi hp adiknya itu, apalagi sudah sangat lama Reza jauh dari pantauanya.
Reynand tersenyum tipis melihat walpaper hp Reza. Walpaper itu memperlihatkan wajah tampan adiknya yang sedang memakai baju tim volly Pratama. Senyum itu, senyum yang Reynand lihat beberapa menit yang lalu. Masih senyum yang sama dan orang yang sama namun dalam keadaan yang berbeda, setulus apapun senyum itu tidak bisa menutupi luka yang terpancar dikedua matanya.
Banyak notif yang masuk, termasuk notif whats'app. Banyak yang spam chat Reza. Dengan tak ada pilihan lain, Reynand membuka aplikasi privasi itu dan tertenggun melihat notif bernama kontak 'Abrial'.
"Sialan."
***
Rio mendudukan Reza dibawah terlas yang berlapiskan karpet. Dengan cepat Rio mengambil kotak p3k yang berada disudut meja belajar Reza. Sedangkan Reza tak bergeming.
"Buka jaketnya!" tutur Rio menyuruh Reza membuka jaket itu.
"Mending ganti celana juga, Za. Pake yang pendek biar mudah gua ngobatinnya, gua ambil makan dulu buat lo ya."
Sebelum meninggalkan Reza untuk mengambil makanan dikamarnya, Rio tak lupa mengambilkan celana selutut milik Reza dan kaos berwarna putih setelah itu Rio pun pergi dulu dalam waktu yang sebentar.
Dengan gerakan yang pelan, Reza mengganti pakaianya. Dan Riopun kembali datang dengan Reza yang selesai mengganti baju.
Rio menyimpan sepiring nasi itu dimeja belajar Reza, setelah itu mengambil baskom kecil untuk membersihkan luka Reza.
"Temen-temen lo gak pernah absen ke kos cuma buat nyariin lo, dan seperti apa yang lo bilang gua gak ngasih tau kalau lo ke Jakarta," jelas Rio sambil membersihkan luka Reza yang kotor karena tanah jalanan, apalagi celana Reza yang memang sobek diarea lututnya.
"Dia spam chat gua," lirih Reza.
"Jika mereka tau semuanya, itu wajar. Karena mereka berhak tau apa yang dirasakan oleh sahabatnya sendiri. Saat ini, lo harus lebih pandai bersyukur.." tukas Rio.
Reza tak menyaut, hanya menandangi lututnya yang sedang dibersihkan oleh Rio.
"Kalau perih ngomong, jadi orang perasa jangan terlalu mati rasa," ucap Rio.
"Sakitnya gak sebanding dengan sakit dihati gua," balas Reza.
Rio memberhentikan kegiatannya dan menatap Reza singkat. "Keluarin semuanya," pinta Rio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvrenza Shaqeel || END
Teen FictionBertemu seolah tak saling kenal, nyatanya ada rindu yang saling bersuara ~ AlvrenzaShaqeel Kecewa dalam tatap dan rindu dalam diam ~ ReynandAkbar Start = 19 Desember 2021 Finis = 31 maret 2022