chapter 49

8.1K 966 191
                                    

49. Cerita yang diusaikan

***

Reynand hanya bisa diam merenungi apa yang terjadi beberapa saat tadi, perdebatannya dengan Reza menjadi pusat perhatiannya kali ini.

Jika dulu Reza yang mengejar maka sekarang Reynand lah yang mengejar, biarkan berjalan dengan seadanya.

"Permisi, Pak. Ini buku catatan yang bapak minta." Seseorang menyadarkannya.

"Ah ya, Farhan. Makasih ya." Farhan mengangguk dan salim kepada Reynand.

"Jika begitu saya kembali kekelas, makasih, Pak." Farhan tersenyum.

"Iya."

Reynad hanya menatap sendu buku sang adik berada ditumpukan paling atas.

"Kita bisa kayak dulu kan, Za?" lirih Reynand dan terarah untuk membuka buku itu, alih-alih terbuka pada lembaran belakang.

'Tentang cerita yang belum usai, kini saya ingin mengakhirinya tanpa adanya sebuah epilog.'

Reynand berkaca-kaca, apa adiknya itu benar-benar enggan memaafkannya? Apa harus ia hidup dibarengi rasa bersalah dan penyesalan?

"Pak, tadi ada siswa yang jatoh ditoilet. Bapak tau gak?" tanya Pak Deni duduk disebelahnya berhubungan bangkunya bersebelahan dengan bangku Reynand.

"Siapa, Pak?"

"Reza kelas 11 IPA 1, tapi kayaknya gak papa. Udah gak aneh ditoilet itu emang sering banget murid yang jatoh," cerita Pak Deni membuat Reynand tertenggun.

"Kok diam, Pak?"

"Ah enggak, Pak. Ia kah? Kok bisa yah?"

"Ada yang Pak Rey sembunyikan?" Pak Deni ini hanya 3 tahun lebih tua dari Reynand, masih muda banget ia jadi guru biologi kelas 10.

"Reza adik saya.." lirih Reynand membuat Pak Deni kaget.

"Yang benar?" Reynand mengangguk.

"Jika boleh cerita, saya ingin cerita, Pak." Pak Deni mengangguk dan menepuk bahu Reynand.

"Anggap saya Kakak mu."

"Makasih."

"Toh kita hanya berbeda 3 tahun." Reynand tersenyum.

"Singkat cerita dia sama saya tidak akur, Pak. Hanya karena kesalah pahaman yang seharusnya dari dulu saya sesali, saya menutup mata sampai akhirnya saya tidak tau bahwa adik tiri saya selalu jahatin Reza," jelas Reynand dengan tatapan kebawah, bertapa butuhnya Reynand bercerita.

Nyatanya, Reynand tidak bisa seperti Reza yang menyembunyikan kerisauannya.

"Adik tiri?"

"Iya, saya tinggal bersama bunda dan adik tiri saya. Saya terlalu fokus pada kehidupan saya tanpa melihat bertapa menyedihkannya adik kandung saya."

Reynand pun menceritakan apa yang bisa ia ceritakan kepada Pak Deni. Hingga akhirnya Pak Deni sudah menerima akar masalahnya.

"Tetap kejar maaf darinya, Reynand. Karena, adikmu juga ingin diperjuangkan." Reynand terdiam, Pak Deni benar. Reza pasti ingin juga diperjuangkan, bukan hanya memperjuangkan.

"Saya akan berusaha mengejar maaf darinya, karena sumpah saya benar menyesali semua kesalahan saya kepadanya, rasanya pedih," lirih Reynand.

"Iya, saya paham. Tetap sabar dan kejar dia, seperti Reza mengejar dulu. Seengaknya dia berpikir bahwa dia juga diperjuangkan." Reynand mengangguk pelan.

"Anak seusia dia, gak gampang hidup sendiri apalagi dibarengi dengan permasalahan dengan saudaranya sendiri. Mentalnya harus diperhatikan, jangan sampai dia berpikir bahwa masa remaja nya hancur.."

Alvrenza Shaqeel || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang