chapter 38

7.6K 962 94
                                    

38. Yang terluka

***

Didalam bus, mereka terlihat masih saja menampakan raut bahagia terutama anak-anak tim A yang ikut bangga dengan keberhasilan adik kelas mereka, mereka juga bertekad akan memberikan yang terbaik besok.

"Chak, lo ngeh gak pas set kedua lo ditandai sama kapten Merah Putih," tutur Alex, Chaka mengangguk pelan.

"Iya, Bang. Ngeh gua, berani-berani nandai gua gak tau apa gua siapa," kesal Chaka apalagi jika teringat dengan pertikaian Reza dan Abrial.

Chaka juga belum meminta penjelasan banyak kepada Reza. Chaka juga melihat kondisi Reza yang sangat berantakan, berbeda dengan teman-temannya yang sedang bergurau dengan raut bahagia.

"Jadi makan-makan gak nih?" tanya Alex pada kapten, Ardan.

"Nunggu tim lo menang juga, kalau menang besoknya kitanya makan-makan, gimana?" tanya Ardan.

"Siap, doin semoga kita juga berhasil ngambil tuh piala." Mereka juga yakin bahwa tim A akan menang, jika tim B saja menang besar kemungkinan tim A juga akan menang.

"Pak Rey kemana, Bang?" tanya Damar.

"Ada urusan katanya," balas Alex.

Mendengar kata Reynand reflek Chaka menoleh kepada Reza yang terdiam memandang jalanan kota dengan tatapan kosong. Chaka paham apa yang ada dipikiran Reza saat ini.

"Udah lo pada istirahat sok, didepan macet tuh."

Merekapun diam dan sibuk dengan kegiatan masing-masing. Damar yang mendengarkan lagu lewat headsetnya, Ardan yang mabar dengan Naren dan Ravin yang memutuskan untuk tidur.

Chaka menepuk bahu Reza pelan setelah duduk disamping Reza. Tadinya Reza duduk dengan Naren tapi anak itu pindah ingin ketempat Ardan, katanya mau minta hos-port sekalian mabar.

"Za, are you oke?" tanya Chaka.

Terus terang, Chaka sangat khawatir dengan keadaan Reza yang seperti ini. Jika dilihat Chaka memang orang paling cuek tentang yang terjadi dengan sahabat-sahabatnya, namun Chaka rasa bahwa ini permasalahan besar hingga membuatnya khawatir kepada Reza. Toh, biasanya Chaka biasa saja jika Reza sakit atau Reza kenapa-napa.

Reza tersenyum paksa, Chaka melihat senyum itu namun Chaka tau itu senyuman paksaan.

"Mau ngejelasin sesuatu sama gua? Banyak ya Za yang harus lo jelasin, sekalipun lo gak mau ngejelasinnya. Gua udah terlanjur tahu semuanya," tukas Chaka.

Dipastikan orang-orang dalam bus tidak akan mendengar obrolan mereka. Jika dilihat mereka sedang sibuk dengan sendiri-sendiri apalagi volume radio yang dihidupkan didalam bus membuat bus rame.

Reza menghela nafas pelan, jujur Reza masih enggan menjelaskan apapun kepada Chaka. Karena, itu menyakiti Reza kembali.

Teringat tamparan dan umpatan Reynand kepadanya, membuat Reza sakit dan malu secara bersamaan.

"Za, gua sahabat lo kan?"

"Chak, rasanya gak dianggap itu seperti apa?" tanya Reza dengan tatapan kosong, Chaka miris melihatnya.

"Sakit, maybe?" Reza menggelengkan kepalanya.

"Jauh dari kata sakit, bahkan rasanya saja sulit untuk gua jelasin," lirih Reza kedua matanya kembali berkaca-kaca namun dengan cepat Reza menghapusnya.

"Seberapa banyaknya luka yang lo tumpu selama ini?" Reza tersenyum tipis.

"Saking banyakannya luka yang gua rasain, untuk pura-pura senyum aja gua gak bisa, Chak. Rasanya topeng yang selama ini gua pakai ingin gua lepas aja," lirih Reza.

Alvrenza Shaqeel || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang