59. Sore terakhir
***
BRAK..
"REZA!" teriak seseorang yang tak lain adalah Rio, dengan reflek Rio melepaskan kantung kresek yang berisikan cemilan. Dan sekuat tenaga, Rio berlari menghampiri Reza yang terpental beberapa meter dari tempat kejadian.
"Eza... eza!"
Peristiwa yang sangat cepat ini membuat orang-orang yang bekeliaran didaerah sini langsung mengerumini Reza yang terlihat masih setengah sadar, namun lukaya sangat banyak.
"Za.. ini Kak Rio, bisa lihat gua? Are you oke?" tanya Rio menyanggah kepala Reza yang mulai mengeluarkan darah segar.
"Kak.." lirih Reza dengan raut yang kesakitan.
"Ia, ini gua. Kenapa? Sakit? Sabar ya? Kak Rio bakal bantu Reza, Reza kuat bisa tahan dulu!"
"PANGGIL DOKTER! NGAPAIN PADA DIEM! BRANKAR MANA!" teriak Rio, toh kecelakaan ini memang tak jauh dari Rumah sakit.
"Kak it.. uu.." lirih Reza menunjuk lemah kado yang sempat ia beli.
"Kak Rey.." Rio mengangguk, ia paham.
"Itu buat Rey? Ia nanti lo kasihin sendiri sama Kak Rey, ya?" Reza menggelengkan kepalanya.
"Kenapa? Kuat Za!"
"Kak Ri..o makasih, ashh.. buat sahabat gua thanks buat ahgg se..muanya.."
"Enggak! Reza jangan tutup mata ya? Gua panggilin dokter ya? Dokter nyembuhin lo, dia bisa! Kasih kado itu sendiri, sama tangan lo sendiri jadi lo harus kuat!" Reza menggelengkan kepalanya, dunia terasa gempa. Tatapannya sudah tak setajam dulu, perlihatannya sudah terbayang. Reza tak melihat wajah Rio.
"Kak.. gua sayang sama Kakak gua, tapi in-ni sa..kit..shh ahhh!"
"PAK CEPAT!"
Bersamaan dengan tubuhnya yang terangkat dengan pelan, Reza menutup matanya rapat. Tak sanggup merasa sakit yang menghujami tubuh lemahnya.
"Kak semisalnya gua kembali, gua mau semuanya benar-benar membaik. Tapi jika enggak, lo harus hidup dengan baik," batin Reza sebelum benar-benar kehilangan kesadarannya.
Dengan pilu, Rio menatap tubuh Reza yang diangkat oleh beberapa orang dan akan dibawa ke UGD. Teringat dengan benda yang ditunjuk oleh Reza, kado bergambar bulan sabit itu menjadi acuan kefokusan Rio.
"Mas, ambil kadonya dan berikan kepada yang punya." Ibu-ibu itu meminta Rio untuk mengambil dan memberikannya kembali Reza.
"I..iya, Bu."
"De, Yaallah. Saya bisa merasakan bahwa ade itu anak baik, yaallah selamatkanlah dia, dia harus bahagia," batin Mbak penjaga toko.
***
"Bunda.. Eza udah istirahat?" tanya Reynand. Entah mengapa setelah Reza keluar dari kamar rawatnya, Reynand tak pernah tenang.
"Iya, kan tadi sama ayah kamu, Kak. Mau buah gak?" tanya Salsha. Reynand menggelengkan kepalanya, perasaanya tidak enak sungguh.
"Perasaan Kakak gak enak.." lirihnya.
"Gak enak kenapa? Kakak baru bangun, jangan mikir apa-apa ah Bunda gak mau kamu kenapa-kenapa lagi," pinta Salsha menatap Reynand.
"Tapi Bun.."
"Tapi apa?"
"Boleh telponin ayah dan tanyain keadaan Eza?" Salsha mengangguk walau sedikit ada rasa ragu, tak apa ini karena anak mereka bukan yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvrenza Shaqeel || END
Teen FictionBertemu seolah tak saling kenal, nyatanya ada rindu yang saling bersuara ~ AlvrenzaShaqeel Kecewa dalam tatap dan rindu dalam diam ~ ReynandAkbar Start = 19 Desember 2021 Finis = 31 maret 2022