chapter 17

7.9K 939 111
                                    

17. Emosi Reza

***

Akbar : Lo apain Abrial?

Reza mengerutkan dahinya membaca pesan singkat Reynand yang seakan memintanya penjelasan.

"Jadi si Abrial ngadu? Cih, bocah," ketus Reza sambil membenarkan posisi duduknya.

Alvrenza : kenapa? Lo marah Abrial kena tonjok?

Kemarin-kemarin bisa Reza bersabar, namun kini rasanya untuk sabarpun tidak ada gunanya lagi jika sikap Abrial seperti kemarin. Rupanya, Abrial ingin bermain-main dengannya.

Akbar : Berani banget buat adik gua luka

Reza terkekeh miris. Apa Reynand lupa bahwa dia juga adiknya. Derajatnya bahkan lebih tinggi dari pada Abrial yang hanya adik tiri.

Soal nama kontak dihandphone Reza, Reza memang mengganti nama itu menjadi Akbar, takut sahabatnya melihat nama itu dan bertanya-tanya, apalagi dengan Naren yang sering membuka handphonenya.

Alvrenza : Jaga adiknya ya

Akbar : Lo mau mau main-main sama gua Alvrenza?

Alvrenza : Adik lo yang mau bermain-main sama gua. Cape gua, Kak. Kenapa harus kayak gini?

Akbar : Abrial gak akan memulai jika gak ada yang ganggu diam

Alvrenza : Lo belum kenal adik lo yang lo sanjung itu seperti apa.

Akbar : Kenal sejauh apa lo sama dia, dengan beraninya lo ngehate kayak gitu?

Alvrenza : Bahkan lo gak mengenali gua sebagai adik lo? Bukannya lo tau gua gak bakal memulai jika gak  ada orang yang ganggu gua? Amnes?

Reza memejamkan matanya, entah mempunyai keberanian dari mana hingga ia berani berkata seperti itu. Entahlah, mungkin efek sakitnya hingga emosinya tidak bisa Reza tahan.

"Za, lo enakan gak?" tanya Damar yang muncul dari pintunya, diluar sana memang ada Damar dan Naren yang sedang membuat konten.

"Kenapa emang?" tanyanya.

"Ada jadwal latihan, ini dadakan sih? Lo bukan grup gak sih?" tanya Damar misuh-misuh.

"Diarsip, latihan? Kok dadakan? Ni hari libur anjir," kesal Reza. Emosi Reza semakin meluap saja.

"Gak tau, kata Pak Rey sih katanya turnamennya dimajuin dua minggu," jelasnya.

Reza menghela nafas kesal. "Gak bentrok tuh sama ultah sekolah?" Damar menggelengkan kepalanya.

"Tahun ini kita gak jadi tuan rumah, enggak kayaknya."

"Lo mau ikut latihan kagak? Chaka otw sini sih sama Ardan," sambung Damar.

"Ngapain jauh-jauh kesini?" Damar mengedikan bahunya.

"Biar bareng aja kayaknya. Ini gua mau pulang dulu ngambil kaos, si Naren masih diluar dia udah nyuruh Ravin ngambil bajunya, sih," jelas Damar nyerocos.

"Yaudah."

"Gua tinggal, ya." Reza mengangguk bersamaan dengan Damar yang keluar dan Naren yang masuk dengan membawa tripod.

Alvrenza Shaqeel || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang