chapter 10

9.3K 899 44
                                    

10. Yang Tak Akan Kembali

***

Ardan, Ravin, Chaka, Naren, Damar dan tentu saja Reza, sedang berkumpul dikafe tempat biasa mereka nongkrong.

Sudah 20 menit mereka berada disana, bahkan Chaka telah menyumbangkan suaranya tadi.

"Za.. lo ngeh gak kalau Pak Rey mirip sama lo?" tanya Ravin, membuar Reza tersedak berhubungan Reza sedang minum.

"Uhuk.. uhuk.." Reza memukul-mukul dadanya.

"Elahh si Ravin," gerutu Damar, Damar paling kesel jika sudah seperti ini.

"Eh... sorry-sorry."

"Minum yang tenang, Za," tutur Damar dan Rezapun kembali minum untuk meredakan akibat tadi.

"Eh tapi bener, Pak Rey lumayan mirip lo," sambung Naren.

"Hem, masa sih?" tanya Reza seolah-olah kebingungan. Walau dalam hatinya Reza takut sahabat-sahabatnya itu tau yang sebenarnya, Reza belum siap.

"Enggaklah, masa ia mirip," lanjut Reza.

"Ia, perasaan gua aja kali. Soalnya Pak Rey cakep juga sih," kekeh Ravin.

"Tapi gua kesel tuh Pak Rey tegas banget pas latihan volly, setiap latihan kena mental terus gua," gerutu Chaka.

Reynand dengan pelatih terdahulu memang berbeda, Reynand terlalu tegas dan Pak Ijal terlalu santai. Jadi kalian suka yang mana?

"Itu tuh bagus, biar latihanya serius.. lebih baik cape latihan dari pada cape pas turnamen," jelas Ardan yang selalu berpikir kearah yang lebih baik.

"Yaia sih tapi kalau orang yang punya mental tempe mah udah out dari klub volly cok," balas Chaka.

"Ahh itu mah lemah aja."

Reza hanya menyimak obrolan teman-temannya yang sedang membahas Reynand. Dalam hatinya Reza membenarkan seorang Reynand yang tegas.

Sejak dulu, Reza tau bahwa Rafisqi membesarkan Reynand dengan penuh ketegasan dan penuh sayang. Sangat diwajarkan jika Reynand tumbuh menjadi seperti ini.

Flashback On

Reza dan Reynand memasuki rumah dengan kertas ujian yang berada ditangan Reynand.

"Ayah!" pekik mereka berdua.

"Kenapa, boys? Masuk rumah tuh ucap salam bukan malah teriak," tegur Rafisqi yang sedang membaca koran.

"Maaf, Ayah." Rafisqi tersenyum mendengar balasan dari kedua anaknya itu.

"Gak papa, asal jangan diulang. Sini duduk, Nak."

Reza dan Reynand pun duduk disamping Rafisqi.

"Kakak bawa apa itu?" tanya Rafisqi, bukannya menjawab Reynand malah memamerkan gigi rapihnya dan menyembunyikan kertas itu.

"Kakak itu apa?" tanya Rafisqi.

"Itu kertas ulangan harian Kakak, Ayah. Tadi Eza lihat, nilai Kakak dapat 70," adu Reza dan langsung dipelototi Reynand membuat Reza kicep.

Rafisqi kembali menoleh pada Reynand setelah mendapat aduan dari anak bungsunya.

"Iya, Kak?" Reynand mengangguk.

"Kakak lupa ada ulangan harian, makanya gak belajar terus dapat nilai jelek," ucap Reynand dengan pasrah memberitahukan yang sebenarnya.

"Terus kenapa kertasnya tadi diumpetin?"

Alvrenza Shaqeel || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang