chapter 47

8.4K 1K 116
                                    

47. Tolong jangan janji, dia cape

***

Reynand menyandarkan punggung tegapnya ditembok bercat putih tulang itu. Mengadahkan kepalanya untuk menahan air mata yang akan mengalir, melihat Reza yang seperti itu membuat hatinya sakit.

Reza menyakiti perasaannya, namun ia lebih banyak menyakiti Reza dan ia sadar akan hal itu.

"Rey.." panggil seseorang yang tak lain adalah Rio.

Reynand membenarkan posisinya, dan menghela nafas pelan. "Psikis adik lo sedikit keganggu, lo harus maklum. Karena, buat menerima kenyataan ini gak mudah buat dia, apalagi dengan kejadian sebelum lo nya lo benar-benar buat dia sakit," tukas Rio bermaksud menengkan Reynand agar Reynand bisa sadar untuk menanti kondisi Reza.

Reynand mengangguk. "Gua paham, Yo. Ya, ini gak mudah buat dia," balasnya singkat.

"Lo harus percaya bahwa takdir terbaik itu ada, keadaan adik lo sama lo akan membaik dan kekehidupan akan kembali semua."

"Ya, gua percaya akan hal itu. Gua anggap ini sebagai karma karena gua udah nyakitin adik gua yang seharusnya gua jaga dengan sebaik-baiknya."

"Lo sabar. Urusan Reza biar gua yang pegang, tugas lo sekarang lo ngomong baik-baik sama bunda lo tentang Abrial. Karena menurut gua Abrial gak bisa didiamkan, bisa saja dia semakin menjadi ketika tau bahwa lo mulai menerima kembali keberadaanya Reza. Ingat, kita gak pernah tau isi hati orang lain," ucap Rio menepuk bahu Reynand, dan Reynand mengangguk.

"Lo tenangin diri lo, percayain Reza sama gua."

"Thanks, Yo."

"Gak masalah."

"Yaudah gua balik dulu, tolong jagain Reza dan mungkin gua gak nemuin dia dulu seengaknya sampai dia benar-benar membaik."

"Iya, jangan lama gua gak mau Reza semakin jauh dari lo."

Tidak banyak berbicara lagi, Reynand langsung pulang dan Rio kembali keruangan Reza.

Reynand akan menceritakan semuanya kepada Salsha dan mungkin Ardi, kedua orang tua itu harus tau tingkah dibalik anak penurut seperti Abrial.

***

Sebelum menjelaskan semuanya, Reynand masuk kedalam kamarnya untuk mengistirahatkan tubuhnya yang memang terasa lelah, toh Ardi juga belum pulang dari kerjanya.

Dalam pikirannya, apa harus Reynand memberikabar kepada Rafisqi tentang apa yang terjadi?

Ya, harus.

Tanpa ragu, Reynand menelvon Rafisqi. Akan bodo amat ketika menganggu Rafisqi di jam kantor seperti ini, lagi pula diwaktu libur anak sekolah ayahnya tidak akan sesibuk dihari biasanya

"[Hallo, Yah,]" sapa Reynand sambil membuka pintu balkon dengan pelan dan duduk disopa kecil yang tersimpan disana.

"[Kenapa, Kak?]"

"[Reza kemarin ke Jakarta, kan? Dan sekarang Reza sakit, baru aja transfusi karena kurang darah, dia kena anemia sejak 4 bulan yang lalu, dan Kakak juga baru tau,]" jelas Reynand dengan pelan-pelan agar Rafisqi mudah dalam memahami.

"[Iya, kemarin Reza datang ke Jakarta dan nyelakain Siska sampai Siska harus dirawat dirumah sakit.]"

Reynand terdiam mendengar hal itu, tidak mungkin jika Reynand mencelakai Siska. Tau akan fakta tentang yang terjadi antara Reza-Abrial, membuat Reynand tidak mau gegabah dalam hal mempercayai.

"[Gak mungkin, Yah. Reza gak mungkin nyelakin orang apalagi Sis-

"[Kemarin kamu cerita Abrial jatoh karena Reza, kok sekarang kamu gitu?]" Reynand menghela nafas.

Alvrenza Shaqeel || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang