chapter 12

8K 868 88
                                    

12. Malam yang kelabu

***

Jam setengah tujuh malam, Reza sudah rapi memakai baju yang diberikan oleh ayahnya tadi sore. Reza terus menata diri sebaik-baiknya untuk tidak terlihat terlalu berantakan dihadapan ayahnya, juga teman-teman ayahnya yang mungkin sebagian akan datang.

"Dah gua udah cakep," ujar Reza setelah menata rambutnya serapi mungkin.

Ting

Tangan kanan Reza mengambil ponsel yang tergeletak disamping buku-buku yang berserakan di atas meja belajarnya.

Sumberuang : udah berangkat, Nak? Jangan ngebut ya..

Reza tersenyum. Ayahnya masih sama, seorang ayah yang pengertian dan selalu mengertinya.

Alvrenza : otw Yah

Reza menyimpan handphone kesayangannya itu pada saku celana yang ia pakai. Terlihar tertenggun melihat kedua kunci motor yang disimpan diatas nakas.

"Kalau gua bawa motor gede, gua males tapi kalau gua bawa motor scoopy, nanti ayah malu kalau gua bawa motor itu." Reza berdialag sembari menimang-nimang motor mana yang akan ia gunakan malam ini.

"Bodo ah." Reza menyambar kunci motor sportnya tak lupa Reza juga mengunci kamar kos-sannya.

Baru dua langkah Reza melangkahkan kakinya meninggalkan kamar kosnya, Reza mendapati Reynand menghampirinya dengan tatapan dingin dan datar. Reynand nampak gagah dengan baju yang dipakainya.

"Lo berangkat sama gua," tutur Reynand membuat dahi Reza mengerut.

"Kenapa?" tanyanya.

"Permintaan ayah," acuh Reynand dan balik badan meninggalkan Reza.

Reza meronggoh kembali handphonennya yang Reza simpan disaku celananya. Ternyata ada pesan masuk lagi dari ayahnya.

Sumberuang : kakak kamu juga belum datang, lagi dijalan jadi sekalian ayah nyuruh dia buat jemput kamu.

Reza menghela nafas pasrah, menatap tubuh tegap sang kakak yang ternyata sudah sampai didepan mobilnya. Dengan cepat Reza menyusul.

Kini, Reynand nampak fokus menyetiri mobilnya tentu saja dengan aura yang dingin, membuat Reza sedikit tidak nyaman.

"Gua disuruh ayah, jangan geer kenapa gua tau alamat lo," ucap Reynand takut disalah artikan oleh Reza.

Reza mengangguk. "Jika lo gak ikhlas, gua bisa pergi sendiri tadi," balas Reza menatap pemandangan jalanan kota Bandung yang sedikit padat malam ini.

Reynand tak membalas penuturan Reza. Reza menoleh kearah Reynand yang nampak gagah malam ini, dari dulu kakaknya itu selalu keren.

"Gua rasa gua paling bodoh disini," ucap Reza.

"Gua gak tau kenapa bisa lo jadi guru disekolah gua, dan selama ini juga gua gak tau ternyata lo berhubungan baik sama ayah. Gua ngerasa bukan siapa-siapa," jelas Reza.

"Penting buat lo tau?" balas Reynand.

"Gak." Reza menundukan kepalanya, terlalu rumit untuk berbicara dengan

Alvrenza Shaqeel || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang