chapter 48

8.3K 1K 172
                                    

48. Dewasaku adalah tentangku

***

Seminggu sudah masa kepulihan Reza, hari ini adalah hari pertama Reza kembali kesekola tentu saja dengan jemputan Damar karena Rio melarangnya untuk membawa motor.

Reynand benar-benar tidak menampakan diri dihadapan Reza setelah waktu itu, Reynand mengetahui keadaan Reza melalui Rio dan bahkan Reynand melarang Salsha untuk menemui Reza terlebih dahulu takut akan emosi Reza yang belum stabil.

"Mar," panggil Reza membuat Damar yang sedang menyetir hanya berdehem singkat, Damar memang membawa mobil karena Ardan yang minta dijemput juga, anak sultan yang merepotkan.

"Gua harus cari kerja."

"What?" tanya Damar dengan syok.

"Ucol," cibir Reza.

"Anji** serius onta!" kesal Damar.

Reza terkekeh, ya keadaan Reza kini membaik namun tak jarang dengan Reza yang tiba-tiba akan terdiam kembali. Damar harap, Reza tidak seperti itu lagi. Walau kekhawatiran Damar dan yang lain ada, takut masih ada yang mengunjing Reza karena pertandingan waktu itu, tapi tenang Ardan dan Chaka sudah membantai mulut-mulut busuk itu.

"Semua Atm gua, gua kembaliin ke bokap gua."

"Kapan?" Damar memincingkan matanya.

"Waktu gua di Jakarta," balas Reza dengan suara pelan. Reza teringat akan tamparan yang menyakitkan itu.

"Ada hubungannya dengan dulu ketika lo dirawat dan Atm lo ke blokir?" Reza kaget, kenapa Damar tau tentang hal itu?

"Atm yang mau gua pake buat adminitrasi.."

"Jadi itu udah ke blokir?" Damar mengangguk.

"Gua sama Naren tau, tapi kita diem." Reza menghela nafas pelan.

"Maaf jika gua mengungkit, sebanyak apa lo nyimpan beban lo sendiri?" Bukan maksud mengungkit hanya saja Damar ingin tau sampai mana kejujuran Reza.

"Sepulangnya gua dari rumah sakit, atm gua kembali lagi, Mar. Puncaknya kemarin, dengan percaya dirinya gua bilang bahwa gua bisa hidup sendiri," jelas Reza.

"Kenapa lo bisa ngomong kayak gitu? Lo anak sekola, kebutuhan lo banyak, lo gak bisa kayak gini.." Damar tak suka dengan cara Reza.

"Gua cape, Mar. Ayah gua mungkin cape juga punya anak gak bisa diatur dan semauanya kayak gua. Toh, sepertinya dia udah gak perduli lagi tentang hari ini gua makan apa dan bahka ketika kemarin gua sakit, apa ada pesan singkat nanyain kondisi gua? Enggak ada," jelas Reza emosinya kembali naik.

"Yaudah, lo harus tenang jangan sampe kepancing lagi emosi lo. Kita mau sekolah."  Reza terdiam sesaat.

"Bantu gua cari ker-

"Enggak Reza! Gua bantu kebutuhan lo, gak usah kayak orang susah, duit gua banyak, bahkan nafkahin si Naren 10 tahun lamanya aja gua sanggup," cerocos Damar.

"Dihh, gak ya gua gak mau repotin orang lai-

"Gua sahabat lo, stop anggap gua orang lain!"

Tittt... tit...

"ARDANA DEWANGGA CEPAT!" teriak Reza setelah mereka sampai didepan rumah megah Ardan.

Damar terkekeh, Damar lega jika sahabatnya sudah kembali seperti dulu dari pada kemarin yang seperti bukan Reza.

***

Reza kembali diam, setelah berpapasan dengan Reynand dikoridor tadi. Ardan dan yang lainnya memaklumi kondisi Reza yang seperti ini, emosi Reza mudah terpancing dan mudah diam.

Alvrenza Shaqeel || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang