chapter 7

8.9K 1K 73
                                    

7. Sakit yang Reza terima

***

Reza tak kembali kekantin, memutuskan untuk menyendiri dan seakan ingin melupakan hal-hal yang terjadi kepadanya.

Masih ditempat ini, dengan perasaan yang belum membaik. Ucapan-ucapan Reynand tadi membuat hati Reza sakit. Rasanya, tak percaya bahwa orang yang paling dekat denganya kini asing didepannya.

Ting..

Ting..

Ting..

Ting..

Reza mematikan handphonenya.

***

"Ini si Eza kemana sih?" gerutu Naren menatap layar handphonennya dengan kesal.

"Gak dibalas?" Naren menggelengkan kepalanya prustasi.

"Malah sekarang gak aktiv, aneh tuh anak," celetuk Naren.

"Yaudah kan bisa kekelas duluan, siapa tau ntar dia nyusul," jelas Ravin setelah menghabiskan teh manisnya.

"Itu kalau nyusul, kalau enggak? Habis ini praktek kimia anjir dan gua kurang paham yang paham pasti si Eza, mana gua sekelompok sama dia," cerocos Naren.

"Sans kan ada gua," kekeh Chaka.

"Najis, lo mana ngerti sama gituan, Chak, 7×4 aja lo mikir dulu," celetuk Ardan.

"Seperti biasa perkataan Ardan ngebuat hati gua sakit," keluh Chaka.

"Ya gak usah lo masukin ke hatilah," acuh Damar dan berdiri.

"Gas... kelas, ntar si Eza pasti nyusul." Merekapun mengangguk.

Setelah membayar makanan, mereka langsung kekelas.

Hingga jam pelajaran kimia selesai, Reza belum juga kembali dan meninggalkan praktek kimianya. Membuat Naren kelimpungan tadi.

"Cari si Eza lah, tuh anak gak biasanya ilang kayak gini," ujar Damar yang sebenarnya sudah greged dengan Reza yang belum ketemu batang hidungnya.

"Diroftop kali," celetuk Chaka.

"Dia gak mungkin keroftop sendirian, dia kan parnoan," sambung Naren.

"Iyakan bisa aja, Ren."

"Habis ini jam PKN, gak boleh bolos lo mau kena pasal apaan?" celetuk Ardan.

"Ya kali anjir. Gak papalah bolos sekali, nyari si Eza."

"Ntar juga tuh anak kekelas, lo pada lebay tau gak, paling dia ada urusan atau apaan gitu," jelas Ardan yang sangat menjauhi kata bolos itu.

Ravin berdecak pelan. "Lo berdua sana nyari Eza, biar gua sama Ardan masuk kelas," tutur Ravin.

"Jadi gua sama Chaka, bolos nih?" tanya Naren.

"Gua gak mau bolos ah, tobat dulu gua udah sering ngebolos," kekeh Damar.

"Yaudah gua sama Chaka, kan?" Ravin mengangguk.

"Yes! Gitu dong, tau aja gua lagi males sama Pak Rahman itu," celetuk Chaka yang paling suka diajak bolos.

"Serahlah."

Chaka dan Damarpun memutuskan untuk mencari Reza diwilayah sekolah.

"Mau nyari kemana lagi?" tanya Naren pada Chaka.

"Teuing, aing udah capek," keluh Chaka. Bahkan mereka sempat dikejar-kejar guru bk karena ketauan berada diluar kelas pada saat jam pelajaran sedang dimulai.

Alvrenza Shaqeel || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang