Chapter 14

8.4K 862 21
                                    

14. Tidak baik-baik saja

***

Reynand menatap lembar jawaban kuis yang tertera nama 'Alvrenza S.M' itu. Ya, nama adiknya. Reynand ingin tau, apa adiknya masih menjadi adiknya yang genius seperti dulu?

"Tulisan lo rapih, no bad," lirih Reynand.

Flashback On

"Eza ini kertas ujian siapa? Kok tulisannya berantakan?" tanya Reynand yang sedang duduk dikursi meja belajar Reza.

Reza yang berbaring ditempat tidur itu hanya merubah posisinya tidak ada kemauan untuk melihat kertas apa yang Reynand maksud.

"Kan ada namanya, Kak," balas Reza masih fokus dengan handphonenya.

"Ini kertas ujian lo, tapi kenapa tulisannya berantakan kayak gini? Gak enak dipandang," jelas Reynand.

Reza berdecak kesal disana. "Yaudah sih, Kak. Itu rusuh ngerjainnya, kehabisan waktu," balas Reza.

"Kalau tulisan ujian lo berantakan kayak gini yang ada gak kebaca sama guru." Reynand terus saja membicarakan tentang tulisan Reza yang tidak rapi.

"Kan udah dibilang itu karena waktu nya mau habis, jadi berantakan."

"Ini dari nomer satu aja tulisannya udah berantakan. Gua gak mau ya, Za, tulisan lo jelek gini. Perbaiki dari sekarang," ucap Reynand.

"Tapi Kak, terlalu rapi nanti tulisannya kayak cewek," kesalnya.

"Apa masalahnya sih, Za? Udah, pokoknya kalau nulis tuh yang rapi biar enak kalau dibaca, guru juga kalau baca gampang," jelas Reynand yang kini menghampiri Reza yang sedang tengkurap bermain game.

"Game terus, ntar mata lo mines, mau?" Reza menghela nafas, kenapa kakaknya itu mengomel saja dari tadi.

"Ngomel mulu. Gua lagi maen game ini," balas Reza dengan mata yang masih terfokus pada benda itu.

"Udah dua jam main game, Za. Waktunya tidur siang!" Reynand merampas handphone Reza.

"Kak ih, belum kalah itu," kesalnya. Reynand mengpause game itu dan mengembalikan pada menu tak lupa mematikannya.

"Kalau maen game gak pernah ingat waktu. Kan udah gua bilang, jangan lama-lama. Mata lo rusak, pake kaca mata mau?" Reza menggelengkan kepalanya.

"Makanya nurut sama gua, tuh. Bantah mulu, cepet lo tidur. Gua mau ngebasket sama temen," jelas Reynand hendak meninggalkan Reza.

"Ikut, boleh?" rengek Reza dengan menampilkan wajah yang memelas. Jika seperti itu, bagaimana bisa Reynand menolak.

Flashback Of

"Ternyata lo dengerin gua buat rapihin tulis," gumam Reynand. Reynand nampak menatap kosong lembar jawaban hasil pemikiran adiknya itu.

"Jika lo dulu sering merengek sama gua, sekarang lo ngerengek sama siapa?" batin Reynand.

Reynand menepis semua pikirannya tentang Reza, kembali fokus pada lembar jawaban yang akan ia periksa saat ini.

"Good job," ucap Reynand dengan pelan, Reza mendapat nilai 95.

"Pak Rey, waktunya mengajar dikelas mana?" tanya Pak Rahman.

"Dikelas 11 IPA 6, Pak." Pak Rahman mengangguk.

"Wow 95, milik siapa?" tanya Pak Rahman tak sengaja melihat lembar jawaban itu.

"Milik Alvrenza, Pak."

"Ouh Reza, toh. Pantesan, anak itu memang cerdas padahal jika dilihat-lihat anak itu juga sedikit badung kerjaanya bolos sama kesiangan," celetuk Pak Rahman, Reynand hanya terkekeh.

Alvrenza Shaqeel || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang