chapter 51

8.4K 1K 272
                                    

51. Kehancuran Reza

***

Rio menatap Reza dengan tatapan khawatir, Reza sedang menerima telpon dari ayahnya.

"[Yaudah, Reza kan yang minta tinggal sendiri? Lagi pula ngapain Reza tinggal sama ayah jika ayah saja lebih menunggu anak yang dikandung Siska dari pada menunggu Reza pulang.]"

"[.....]"

"[Loh? Bukannya emang kayak gitu? Ayah kan udah gak perduli sama Reza, jadi yaudah.]"

"[.....]"

"[Enggak bagaimana? Sakitnya tamparan ayah masih membekas, itu sakit banget. Bukan sakit karena ditampar karena nyatanya hati Reza sakit banget ketika sadar bahwa yang nampar Reza adalah ayah Reza sendiri..]"

"[.....]"

"[Iya, Reza egois tapi ayah lebih egois tau gak! Mana janji ayah untuk gak menikah? Gak punya anak dari orang lain lagi? Ayah ingkar kan? Ayah pikir Reza gak ngomong, Reza ikhlas? Enggak!]"

"[.....]"

"[Iya, gak ikhlas. Lebih baik Reza tinggal sendiri selamanya dari pada harus tinggal sama dia, so ayah mau tetap sama dia, atau sama Reza?]"

"[.....]"

"[Ayah gak bisa memilih karena ayah lebih sayang sama Siska, sama anak yang dikandung Siska? Dan lebih memilih anak kandung ayah ini sendirian terus? Yaudah simpel, sama dia ayah kehilangan Reza!]"

"[.....

"[Nyatanya, ayah sama bunda sama-sama orang egois yang memilih kebahagiaan masing-masing. Niat punya anak karena apa sih jika ujungnya anak kalian sakit karena orang tuanya sendiri?]"

"[....

"[Udah ya, Yah? Reza udah capek banget, tadi Reynand sekarang ayah? Mau hancurin mental Reza kayak gimana lagi? Udah hancur, Yah. Udah capek..]"

Reza membanting hpnya dengan keras, merasa bodo jika hp nya akan hancur.

"Gak dibanting juga dong, Za. Mahal itu," tegur Rio dan memunguti hp Reza yang tergeletak mengenaskan.

Reza membaringkan tubuhnya, lelah dengan semua yang terjadi dan belum ada titik henti. Masih sama dan semakin rumit, tau kah jika Reza cape?

"Kak, titik kebahagiaan buat gua kapan sih? Tuhan gak tau apa ya kalau gua itu udah cape banget," keluh Reza menatap kosong langit-langit kamarnya.

Rio menghela nafas. Rio tau Reza udah cape, apa anak itu tidak mau istirahat dulu dan jika capenya sudah hilang bukannya bisa terus melanjutkan?

"Rasanya 2 tahun belakangan ini hidup gua kosong banget,  gak ada ayah, gak ada Reynand. Mau sampai kapan?" lirih Reza.

"Za, Rey-

"Reynand nyerah, Kak. Dia gak mau merjuangin gua, apa karena dia lebih memilih Abrial? Reynand lebih sayang Abrial, ya? Ayah juga lebih memilih Siska, kapan sih gua sisayang? Gua juga pengen disayang," lirih Reza.

Rio lega, Reza lebih bisa terbuka kepadanya dan mungkin kepada sahabatnya juga. Tapi ketika mendengar keluhan Reza, Rio ikut sakit dan apalagi Reza.

"Gua nyerah aja kali ya? Pengen banget pergi sejauh-jauhnya, dengan orang baru, tempat baru dan suasana baru.. disini semuanya mengecewakan. Gak ada yang sayang sama gua, Kak."

"Jangan gitu ah, harus semangat. Ada gua juga kan?"

"Seada nya orang yang nemenin gua tapi gak ada keluarga disamping gua tetap gak ada artinya, Kak. Karena sejatinya peran keluarga itu sangat penting, dan maka itu gua tumbuh gak baik karena emang gak ada peran orang tua di hidup gua.."

Alvrenza Shaqeel || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang