29. Hari sibuk
***
"Ardan! Eza kemana?" tanya Chaka menghampiri Ardan.
"Eza? Uks!" balasnya. Chaka menghela nafas kesal, kenapa Reza berada di UKS? Apa Reza melupakan tugasnya.
"Ngapain di UKS? Gua dilapangan lagi riweh, si Eza dicariin susah, ngan ada komentator anjir," gerutu Chaka dengan prustasi apalagi tadi sempat kena tegur ketua pelaksana, kan mampus.
"Kan lo tau si Eza baru aja sembuh, kecapean itu anaknya," balas Ardan seadanya.
"Ya terus, gua harus bilang apa sama yang lain? Orang dari tadi si Eza yang dicariin sampe gua ditegur Kak Bima," balas Chaka.
"Naren udah ngomong tadi sama Far-
"Ngomong sama Farhan salah! Emang Farhan siapa?" Ardan ikut kesal dengan perkataan Chaka yang tidak bisa membaca keadaan.
"Seenggaknya udah ngomong, kan?"
"Lo salah. Kalau mau izin jangan sama Farhan, Farhan panitia diseni," ujar Chaka dengan nada sewot.
"Kok lo sewot sama gua? Sana lo samperin di Eza nya, jangan sama gua," ketus Ardan dan melanjutkan langkahnya untuk menghampiri Ravin kelapangan bulu tangkis.
Chaka mengusap wajahnya dengan kasar. Sejak pagi Chaka memang tidak bertemu secara langsung dengan para sahabatnya kecuali dengan Reza, dan sekarang bertemu dengan Ardan malah berdebat.
Dengan perasaan yang kesal, Chaka melangkahkan kakinya untuk ke UKS untuk mencari Reza, mau gimanapun kondisinya, tanggung jawab tetap tanggung jawab, bukan?
Ceklek
Chaka melirik penjuru kamar UKS dengan kedua matanya, Chaka melihat Reza yang sedang membaringkan tubuhnya dengan Naren yang duduk anteng.
"Chaka? Ahhh baru ketemu," sapa Naren. Chaka hanya menatap Naren dengan malas, Chaka kalau lagi mode serius lebih menyeramkan dari pada Ardan.
"Si Reza kenapa?" tanya Chaka dengan nada yang datar. Mendengar nada bicara Chaka yang tidak biasanya Naren mengerucutkan bibirnya.
"Lo ken-
"Reza kenapa?" potong Chaka menatap tajam Naren.
Naren yang sedikit takut dengan Chaka yang seperti itu hanya bisa menunduk dan memilin bajunya.
"Narendra!" Naren bingung, apa yang terjadi dengan Chaka?
"Eza sakit, tadi kata petugas kesehatan disuruh istirahat dulu," balas Naren dengan suara pelan.
"Lo gak sadar kalau dia lagi ada tanggung jawab? Dan malah enak-enakan disini?"
Mendengar sedikit ada keributan, Reza membuka matanya, mengoktimalkan cahaya yang masuk keretinanya.
"Lo kenapa sih? Bisa gak kalau lagi ada acara kayak gini badan lo gak manja?" tanya Chaka menatap Reza yang sedang mengganti posisinya menjadi duduk.
Reza menoleh kepada Naren yang sedang menunduk. "Lo datang-datang marahin anak orang, ada apa?" tanya Reza dengan tatapan sayu Reza menatap Chaka.
"Lo yang kenapa? Lupa sama tanggung jawab? Dilapangan lagi riweh dan lo enak-enakan tidur, otak lo kemana sih, Za?" tanya Chaka masih dengan nada sewotnya.
Reza memijit pangkal hidungnya. "Gua gak enak badan, dipaksa ke UKS. Gua juga gak mau sakit kayak gini kali, Chak. Lo kira gua mau punya badan manja kayak gini?" tanya Reza dan mengambil sepatunya yang sempat ia buka. Reza duduk disopa dan memakai sepatunya.
"Lo gak seharusnya ngomelin Naren, enteng banget mulut lo ngomelin orang," tegur Reza. Reza tak suka ada orang yang memarahi Naren, karena Reza tak mau melihat Naren yang pecicilan menjadi diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvrenza Shaqeel || END
Teen FictionBertemu seolah tak saling kenal, nyatanya ada rindu yang saling bersuara ~ AlvrenzaShaqeel Kecewa dalam tatap dan rindu dalam diam ~ ReynandAkbar Start = 19 Desember 2021 Finis = 31 maret 2022