chapter 58

10K 1K 246
                                    

58. Akar kehilangan yang sebenarnya

***

"Ikutin aku, Kak.." lirih Reza terisak pelan. Reza meraih tangan kanan kakaknya dan mengenggamnya dengan erat.

Reza memejamkan matanya, merasa tak sanggup melihat Reynand yang sudah susah bernafas.

"Ashaduala..

"Ashh..hhadu..ala.." Reynand berusaha mengikuti yang dikatakan Reza.

"Ilahaillah.." lirih Reza tepat ditelinga kiri Reynand dengan berusaha menahan isak tangis kesedihannya.

"Ilaa..haillah.."

Nafas Reza ikut tercekat merasakan tangan Reynand sudah terkulai lemas, Reza mematung tak merubah posisinya yang masih memeluk Reynand.

"Ka.." lirih Reza.

Tit..........

"KAKAK!" teriak Reza.

"REZA, LO KENAPA?!" tanya Rio dengan panik.

Reza seperti orang lingkung, kedua matanya menyiratkan kepanikan dan ketakutan.

"Kakak gua mana?" Dengan suara purau Reza bertanya. Rio bisa melihat bertapa gelisahnya Reza.

"Lo tenang dulu, mimpi buruk ya? Minum dulu nih," kata Rio mengambil segelas air dan membantu Reza untuk meminumnya.

"Udah tenang?" Reza menatap Rio dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan, ada apa?

"Kak, Kak Rey masih ada didunia, kan?" Pertanyaan itu mengalir begitu saja.

"Lo ngomong apa sih? Ya ada, kan lo liat sendiri tadi Kakak lo masih terbaring dan masih nafas," celetuknya.

"Gua mimpi buruk," lirih Reza dengan pilu.

"Yaudah jangan dipikirin, namanya juga mimpi." Reza terdiam, mimpinya sangat nyata. Perihal Reynand yang meninggal dan Reza yang ditinggkan, saat ini Reza hanya berkeinginan siapapun jangan mengambil Reynand dari nya.

"Kak, temen-temen gua mana?" tanya Reza teringat kepada sahabatnya yang mungkin orang yang sering menemaninya selama ini.

"Panggilin boleh?" Rio mengangguk.

"Wait. Udah jangan dipikirin, kalau lo mikirin hal yang belum tentu yang ada lo gak sembuh-sembuh," kata Rio. Reza hanya diam, Rio memang menjaganya khalayak adiknya.

Rio pun berjalan keluar ruangan untuk memanggilkan sahabat Reza yang memang izin untuk menunggu diluar, karena setelah menjenguk Reynand dikamar rawatnya, Reza kembali pingsan yang alhasil harus istirahat kembali.

"Masuk gih, Eza butuh dukungan lo semua. Gua mau nyari angin dulu, sekalian sholat asar," tukas Rio.

"Ia, Kak. Nanti kita gantian sholatnya, lagian baru adzan juga," balas Ardan.

"Okey." Rio pun menjauh, sesuai niatnya Rio akan melaksanakan kewajibannya dulu.

"Gas kedalam," ajak Naren dengan semangat.

"Gak usah rusuh, inget sahabat lo itu lagi sakit," kata Ardan mengingatkan dengan nada pelan sambil membuka knop pintu kamar Reza.

"Hallo bro," sapa Chaka dengan wajah bahagianya. Mereka sedih Reza sakit dan belum sembuh tapi bukan berarti mereka harus memperlihatkan kesedihannya kepada Reza, bukan?

"Apa si so asik," ketus Reksa.

"Ye si bangke."

"Gimana keadaan lo bro? Baikan? Padahal kemarin kata dokter lo udah bisa balik, tapi karena lo pingsan lagi tadi dokter kayang nguringin lagi buat gak izinin lo pulang," jelas Damar.

Alvrenza Shaqeel || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang