chapter 37

7.2K 1K 200
                                    

37. Kejadian yang tidak diinginkan

***

Reza dibawa kepinggir lapangan, dan pertandingan kembali dimulai dengan Damar yang masuk mengantikan Reza.

Alex yang menjadi penyangga Reza berusaha membangunkan Reza, ada petugas kesehatan yang menghampiri mengajak untuk membawa Reza ke UKS, namun Reynand melarang karena sempat Chaka berbisik bahwa Reza tidak mau dibawa ke UKS.

"Ahh lemah," batin Abrial melirik Reza yang sedang berusaha dibangunkan.

"Fokus!" ucap Reynand kepada anak didiknya. Setelah menginstruksi Reynand duduk disamping Reza yang setengah berbaring.

"Zaa bangun katanya mau tanding sampe selesai, heii Reza?" Reynand menepuk kedua pipi Reza dengan pelan berharap bahwa Reza akan membuka matanya.

Alex memijit tangan Reza agar anak itu dapat bangun dan Reza membuka matanya perlahan. Sedikit meringis kala merasakan kepalanya yang sangat sakit, pusing dan lemas Reza rasakan.

"Minum dulu." Reynand membantu Reza minum.

"Lex perhatikan adik kelas kamu strategi yang baru, Reza biar saya yang nenangin," tutur Reynand kepada Alex.

Alex mengangguk karena Alex sudah menjadi kepercayaan Reynand juga. Sedangkan Naren duduk dikursi cadangan dengan 2 orang teman Alex.

"Adik lo pasti marah," lirih Reza menatap kosong lapangan yang memperlihatkan pertandingan final itu.

"Gak papa." Reza tersenyum tipis.

"Lo kesel ya karena gua kayak gini terus?" Reza tak khawatir ada yang mendengar obrolan mereka karena disini memang sangat berisik.

"Enggak, siapa yang mau kayak gini coba?" Reynand memijit tekuk Reza agar anak itu kembali kuat.

"Pusing?" Reza tak membalas, masih memfokuskan pandangannya kelapangan dan Ardan meliriknya.

Ardan tersenyum tulus, walaupun Reza tahu pasti teman-temannya itu kecewa kepada dirinya.

"Gua mau ikut tanding lagi," lirih Reza.

"Enggak.."

"Adik lo pasti nganggap gua pecundang kalau gua gak ngalahin mereka," balas Reza dengan suara yang purau.

"Adik gua gak kayak gitu."

"Cukup tau." Reza memejamkan matanya. Kepalanya masih sangat pusing namun keinginanya untuk kembali ikut pertandingan sangatlah besar.

Reza mengusap dadanya yang sedikit sesak. "Minum lagi."

"Ada hal didunia ini yang buat gua bertahan, bertahan untuk latihan volly dibawah langit sore, dan pertandingan dibawah cuaca langit yang menyengat," lirih Reza.

"Keduanya bikin gua happy. Saat latihan, gua ngerasa gua punya saudara banyak yang siap membantu, menggiring dan mengajarkan. Dan ketika pertandingan gua ngerasa punya keluarga, kesolidan, dan rasanya berjuang bersama demi keinginan bersama," sambung Reza dan Reynand hanya mendengarkan sambil menatap wajah tampan adiknya itu.

"Hal yang terlihat sangat sederhana menurut orang lain, tapi enggak menurut gua."

"Kenapa?" Reynand bertanya.

"Berjuang dilapangan itu susah, sulit dan penuh tantangan. Mulai dari latihan yang sangat padat, babak pengisian, semi final dan final. Tapi, rasa cape dan rasa sulit itu akan tergantikan ketika tim masuk final.." Reynand mengangguk dan tersenyum.

"Gua kesel sama tubuh gua, kenapa gua harus kayak gini disaat gua sama temen-temen gua berjuang dilapangan. Taruhannya adalah nama sekola, kita pengen banggain itu..

Alvrenza Shaqeel || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang